Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Hari Radio Nasional yang Diperingati Setiap 11 September

Simak sejarah Hari Radio Nasional yang diperingati setiap 11 September. Bermula dari Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 di Jakarta.

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Nuryanti
zoom-in Sejarah Hari Radio Nasional yang Diperingati Setiap 11 September
freepik.com/ visnezh/Kompas.com
ILUSTRASI Radio - Sejarah Hari Radio Nasional yang diperingati setiap 11 September. Bermula dari perkembangan Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah mengenai Hari Radio Nasional yang diperingati setiap 11 September.

Peringatan Hari Radio Nasional bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Radio Republik Indonesia (RRI).

Dikutip dari laman Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), RRI lahir pada 11 September 1945.

Oleh sebab itu, 11 September juga disebut sebagai Hari RRI.

Lantas bagaimana akhirnya 11 September ditetapkan sebagai Hari Radio Nasional?

Lebih lengkapnya, simak sejarah Hari Radio Nasional berikut ini:

Baca juga: Link Twibbon Hari Radio Nasional pada 11 September 2023, Cocok Dibagikan ke Media Sosial

Sejarah Hari Radio Nasional

Berita Rekomendasi

Dikutip dari laman Diskominfo Kalimantan Timur, perkembangan radio di Indonesia dimulai oleh Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 di Batavia atau Jakarta.

Namun diketahui pada tanggal 19 Agustus 1945, terjadi penghentian siaran radio Hoso Kyoku.

Setelah adanya penghentian tersebut, masyarakat menjadi buta akan informasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Indonesia merdeka.

Sementara pada saat itu, sejumlah radio luar negeri tengah mengabarkan bahwa tentara Inggris yang mengatasnamakan sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera.

Tentara Inggris dikabarkan akan melucuti tentara Jepang dan memelihara keamanan sampai pemerintahan Belanda dapat menjalankan kembali kekuasaannya di Indonesia.

Dari berita-berita itu juga diketahui bahwa sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia dan kerajaan Belanda dikabarkan akan mendirikan pemerintahan benama Netherlands Indie Civil Administration (NICA).

Menanggapi hal tersebut, orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dan memberi tuntunan kepada rakyat mengenai apa yang harus dilakukan.

Sejak adanya kejadian tersebut, orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa kependudukan Jepang menyadari radio merupakan alat komunikasi yang diperlukan Pemerintah Indonesia untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan rakyat.

Hingga kemudian, para wakil dari 8 bekas radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta.

Pada 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi radio sudah berkumpul di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima sekretaris negara.

Delegasi radio yang saat itu hadir dalam pertemuan di antaranya Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi.

Pertemuan tersebut diketuai oleh Abdulrahman Saleh.

Pada saat pertemuan, Abdulrahman Saleh menyampaikan garis besar rencana pada pertemuan tersebut.

Baca juga: Hari Olah Raga Nasional Tahun 2023, Menhan Prabowo: hanya Bangsa yang Kuat yang Bisa Berhasil

Satu di antaranya yakni mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.

Hal tersebut perlu dilakukan mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta akhir September 1945.

Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran.

Pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan, di antaranya:

1. Dibentuknya Persatuan Radio Repubik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa

2. Mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RRI sebagai alat komunikasi dengan rakyat

3. Mengimbau agar semua hubungan antara Pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdurahman Saleh

Simpulan tersebut akhirnya mendapat persetujuan dari pemerintah siap membantu RRI meski mereka tidak sependapat dalam beberapa hal.

Tepat pukul 00.00, delegasi dari 8 stasiun radio di Jawa mengadakan rapat di rumah Adang Kadarusman.

Adapun Delegasi yang hadir di antaranya, dari wilayah Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta dan Bandung, sedangkan Surabaya dan Malang tidak mengirim perwakilan.

Pada saat itulah akhirnya ditetapkan adanya pendirian RRI dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpinnya.

(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas