Indonesia dan Korea Luncurkan Platform Ekonomi Digital Hijau GDEP, Berdayakan Petani dengan AI
Pemerintah Korea dan Indonesia meluncurkan platform Ekonomi Digital Hijau (GDEP).
Editor: Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Korea dan Indonesia meluncurkan platform Ekonomi Digital Hijau (GDEP).
Peluncuran itu dilakukan di Seoul, Korea Selatan, pada Rabu (13/9/2023), dihadiri oleh Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, pendiri HumanX/DQ Institute Yuhyun Park, serta Ketua Komisi Presidensial untuk Netralitas Karbon dan Pertumbuhan Kim Sang-Hyup.
Peluncuran GDEP ini dalam rangka KTT ASEAN-Republik Korea ke-24 yang diadakan pada 6 September lalu yang menghasilkan kesepakatan untuk mempromosikan ekonomi hijau dan digital, ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, serta netralitas karbon di kawasan.
GDEP adalah platform inovasi dan kolaborasi bisnis yang menyelaraskan ekonomi digital dan keberlanjutan dengan memelopori model 'cross economy', yang melampaui kerangka ‘circular economy” tradisional.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi Korea, pasar dan sumber daya Indonesia yang luas, serta riset dan investasi global, GDEP siap mendorong inovasi digital yang transformatif di bidang teknologi pertanian, teknologi iklim, dan perdagangan karbon.
Baca juga: Pengaturan Ekonomi Digital Masih Lemah, Pemerintah Bentuk Satgas Transformasi Digital
Dampak beragam pada ekonomi digital dan keberlanjutan akan dipantau melalui Indeks Digital-ESG, yang dipelopori oleh Taskforce on Digital-related Financial Disclosure.
Kepala KSP Moeldoko mengatakan melalui GDEP Indonesia akan memberdayakan 62 juta petani Indonesia dengan AI dan transformasi digital.
Platform ini juga bisa diselaraskan dengan konsep metafarming yang dirancang oleh Gerakan Maju Tani Indonesia dalam rangka mencetak 10 juta petani digital pada akhir 2014.
“Inisiatif GDEP ini memang cukup signifikan. Masa depan kita bergantung pada dua hal penting: hijau dan digital," kata Moeldoko dalam keterangan tertulis, Kamis (14/9/2023).
Baca juga: Pendirian Bursa Kripto Dorong Pertumbuhan Industri Ekonomi Digital RI Berkembang
"Sudah menjadi kewajiban kita mempelopori pembentukan standar global pada titik penting ini, di mana hijau bertemu dengan digital. Dalam hal ini, GDEP tepat sasaran apalagi Gerakan Maju Tani Indonesia juga memanfaatkan teknologi yaitu metafarming guna meningkatkan jumlah petani di Indonesia,” kata Moeldoko.
Moeldoko menekankan pentingnya keberlanjutan dan ekonomi digital, khususnya dalam mengatasi ketahanan pangan.
Moeldoko, baru saja didaulat menjadi 'Bapak Gerakan Maju Tani Indonesia'.
Gerakan akar rumput yang dipimpin oleh generasi muda di Indonesia ini bertujuan untuk mengubah pertanian tradisional menjadi sektor teknologi pertanian yang sangat menguntungkan.
“Hal yang menonjol dari GDEP adalah kepeloporannya dalam merintis paradigma baru dalam konvergensi ekonomi hijau dan digital. Bergerak melampaui ekonomi sirkular, kami mendorong ekonomi lintas sektoral, yang bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang eksplosif sambil mempromosikan keberlanjutan dan kesejahteraan digital. Dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah dan populasi yang muda, pendekatan ekonomi lintas sektoral dapat membuka potensi maksimum, menawarkan kendaraan yang luar biasa bagi kedua negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi,” ungkap Moeldoko.
Baca juga: Pendirian Bursa Kripto Dorong Pertumbuhan Industri Ekonomi Digital RI Berkembang
Sementara itu Provinsi Kalimantan Utara telah ditunjuk sebagai tempat uji coba platform ini, dan memainkan peran penting sebagai pusat nasional dan global untuk penyebaran pengetahuan.
Melalui GDEP, para petani akan menerima pelatihan literasi dan keterampilan digital sambil mendapatkan akses ke praktik dan teknologi terkini, termasuk meta-farming.
Pendiri HumanX / DQ Institute, Yuhyun Park mengungkapkan, tujuan membangun platform kolaborasi inovatif yang memberdayakan petani ini adalah untuk merasakan manfaat ekonomi tiga kali lipat dengan mengintegrasikan digitalisasi dan keterlibatan dalam perdagangan karbon, sehingga memperluas sumber pendapatan mereka secara signifikan.
Ketua Komisi Presidentsial untuk Netralitas Karbon dan Pertumbuhan Kim Sang-Hyup menegaskan Indonesia adalah mitra strategis penting bagi Korea.
“Saat kita merayakan ulang tahun ke-50 kemitraan diplomatik, kedua negara perlu menjalin kolaborasi ekonomi yang konkret untuk bersama-sama mengejar netralitas karbon dan inovasi digital, yang akan memperkuat ekonomi hijau. Oleh karena itu, kolaborasi ini memiliki arti yang sangat penting,” jelas Kim.
Baca juga: Menkop Teten Masduki: Pangsa Pasar Ekonomi Digital ASEAN Bakal Tembus 330 Miliar Dolar AS di 2025
GDEP melibatkan jaringan yang lebih luas dari multi-pemangku kepentingan di kedua negara untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan, menciptakan lanskap yang matang untuk inovasi dan pertumbuhan berkelanjutan. Investasi dalam platform ini diperkirakan akan melebihi USD $1 miliar.
GDEP bertujuan membangun ekosistem inovasi yang menghubungkan bisnis Korea dan Indonesia serta mitra riset dan investor internasional.
Misi utamanya adalah untuk memperjuangkan keberlanjutan, mendorong kesejahteraan digital, dan memajukan ekonomi digital, yang didasarkan pada tiga pilar.
Pertama, technopreneurship: Melalui kolaborasi strategis dengan riset teknologi, kekayaan intelektual atau Intellectual Property (IP), dan keahlian dari universitas dan perusahaan terkemuka di Korea dan internasional, ditambah dengan investasi asing dan dukungan pemerintah, GDEP bertujuan menumbuhkan lingkungan di mana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan startup Indonesia dan Korea dapat berkembang, berpotensi mencapai status 'unicorn'. Hal ini berpedoman pada prinsip “cross economy”.
Kedua, perdagangan kredit karbon: Dengan memanfaatkan Standar Digital-ESG, GDEP akan menerapkan kerangka kerja untuk penilaian penggantian kerugian karbon dan perdagangan karbon.
Baca juga: Potensi Ekonomi Digital Nasional Melalui Teknologi Blockchain Terus Dioptimalkan
Strategi ini dirancang untuk memastikan bahwa para pemangku kepentingan memperoleh manfaat lebih luas dari upaya perdagangan karbon mereka.
Ketiga, pemantauan dampak: Integrasi Indeks Digital-ESG memainkan peran penting dalam memantau kinerja portofolio.
Metrik ini tidak hanya akan menilai dampak dunia nyata, tetapi juga memberikan wawasan berharga mengenai kemajuan negara dalam bidang ekonomi digital dan praktik berkelanjutan.