Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hadapi Perubahan Iklim, Pendidikan jadi Kunci Sukses Transisi Energi

Transisi energi selain membutuhkan kebijakan pemerintah yang mumpuni juga investasi dalam jumlah besar dan kemajuan teknologi.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Hadapi Perubahan Iklim, Pendidikan jadi Kunci Sukses Transisi Energi
Ist
Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda Citra Yusgiantoro mengatakan human capital atau modal manusia kompeten yang berdaya saing dan tempat kerja menjadi kunci sukses prosesi transisi energi di Indonesia.

Disebutkan, transisi energi selain membutuhkan kebijakan pemerintah yang mumpuni, juga investasi dalam jumlah besar, kemajuan teknologi, komitmen internasional, pendidikan, dan pelatihan.

“Banyak aspek yang menjadi perhatian pada sisi sumber daya manusia dalam energi. Kita harus ingat bahwa pekerjaan hijau memberikan banyak peluang dan human capital menjadi kuncinya,” kata Filda.

Hal tersebut diungkapkan oleh Filda saat memimpin sesi “Preparing Human Capital for Energy Transition” pada Konferensi Energi Internasional yang diselenggarakan di Hotel Luwansa, Jakarta.

Konferensi dwitahunan yang berlangsung pada 15-16 September 2023, dibuka secara resmi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dihadiri Pendiri PYC sekaligus mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Lis Yusgiantoro, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Mendikbudristek), Duta Besar Kerajaan Malaysia untuk Republik Indonesia (RI) Dato’ Syed Md Hasrin Tengku Hussin, dan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

Para pembicara sesi "Preparing Human Capital for Energy Transition” terdiri atas Eric Roeder yang bekerja sebagai Technical Specialist on Green Jobs, Climate Action and Resilience through Just Transition - Asia Pacific Region, International Labor Organization (ILO) berkedudukan di Thailand, Anindito Aditomo (Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek), Roberto Rossi (Cluster President of Indonesia and Timor Leste, Schneider Electric berkedudukan di Indonesia), dan Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Djoko Santoso.

Berita Rekomendasi

Filda mengungkapkan, di berbagai negara pekerjaan hijau (green job) yang mendukung pelestarian lingkungan memberikan banyak peluang menguntungkan. Di sisi lain, kata dia, dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, Indonesia dinilai tertinggal dalam hal kesiapan kebijakan untuk pekerjaan hijau, terutama pada area terkait dengan pasokan tenaga kerja.

“Saya bersyukur, meskipun agak terlambat, Indonesia seperti banyak negara lainnya, saat ini mulai mengakui pentingnya mitigasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi yang lebih bersih. Transisi energi erat kaitanya dengan ketahanan dan kemandirian energi,” kata Filda.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengungkapkan bahwa dari segi pendidikan di Indonesia, perubahan iklim belum sepenuhnya dimasukkan ke dalam kurikulum dan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim masih bervariasi.

Menurut Anindito, Kemendikbudristek akan fokus pada modal manusia, seperti mengintegrasikan konten perubahan iklim ke dalam kurikulum baru (Kurikulum Merdeka), mempelajari perubahan iklim di Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Vokasional, serta meningkatkan kesadaran masyarakat.

Rencana selanjutnya, kata dia, adalah memodifikasi standarisasi bangunan sekolah dan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus fisik, Pengelolaan Kampus yang Ramah Lingkungan, dan menargetkan transformasi karbon rendah di kantor internal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

“Peran guru sangat penting dalam memastikan terlaksananya pendidikan perubahan iklim. Perguruan Tinggi mempunyai peran terkait transisi energi dengan mengurangi CO2 (karbon dioksida) melalui kerangka penelitian, pendidikan, pelatihan, teknis, keselamatan, ekonomi dan peraturan untuk meningkatkan penerapan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS),” kata Anindito.

Hal senada juga diungkapkan Eric Roeder, Technical Specialist on Green Jobs, Climate Action and Resilience through Just Transition - Asia Pacific Region, International Labor Organization (ILO) berkedudukan di Thailand.

Ia juga mengapresiasi langkah-langkah konkret yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam memitigasi perubahan iklim dan transisi ke sumber energi lebih bersih.

“Kebijakan yang baik. Semua pihak harus berada di garda terdepan untuk memperlambat percepatan perubahan iklim global,” kata Erick.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas