Syarief Hasan Sebut Prioritaskan Dukungan Anggaran dan Riset untuk Menuju Bangsa yang Berdaya Saing
Wakil Ketua MPR Syarief Hasan menyebutkan dukungan anggaran dan riset agar diprioritaskan untuk menuju bangsa yang berdaya saing.
Penulis: Fransisca Andeska
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR Syarief Hasan mendorong prioritas penganggaran di bidang riset dan pengembangan. Hal ini berhubungan dengan persaingan global yang makin mengarah pada digitalisasi, otomatisasi, dan industri berkelanjutan.
Menurutnya, jika lambat dalam menyikapi dunia yang kian kompetitif, maka Indonesia akan selalu ketinggalan. Faktanya, dalam kajian oleh Research and Development World (2023), disebutkan bahwa Indonesia hanya menempati peringkat ke-34 dari 40 negara.
Untuk diketahui, anggaran riset Indonesia hanya sebesar US$ 8,2 miliar pada 2022, rasio anggaran riset terhadap PDB paling rendah. Kita kalau jauh ketimbang AS (US$679,4 miliar, urutan ke-1) atau Brasil (US$37 miliar, urutan ke-10).
Baca juga: Wakil Ketua MPR Syarief Hasan: Judi online Telah Endemik dan Jadi Ancaman Nyata Bangsa
“Ini anomali dan mesti jadi catatan kritis, anggaran riset menurun dari tahun ke tahun. Alokasi Rp26 triliun pada APBN 2018, terus menurun menjadi Rp12 triliun pada 2021, dan semakin menurun jadi Rp10 triliun pada 2023. Ini miris dan memprihatinkan. Sebab, seharusnya anggaran riset dinaikkan setiap tahun, dan menjadi skala prioritas,” ungkap Syarief Hasan.
“Lalu jika semakin menurun, maka inovasi dan daya saing seperti apa yang kita harapkan. Ini bahkan baru dari sisi anggaran, belum lagi kita bicara perkara keterhubungan riset dan industri,” tambah Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.
Jika merujuk Laporan Indeks Inovasi Global (2022), Indonesia hanya menempati peringkat ke-75 dari 135 negara. Di Asia Tenggara, kita kalah dari Singapura (7), Malaysia (36), Thailand (43), Vietnam (48), atau Filipina (59). Ini menunjukkan daya saing Indonesia masih sangat rendah, sementara potensi alam sangat melimpah.
Baca juga: Bantu Cegah Stunting di Indonesia, Syarief Hasan Beri Bantuan Susu Ibu Hamil dan PMT Balita
Padahal jika SDM Indonesia berkompetensi tinggi, ahli, dan terdidik, maka pembangunan akan semakin optimal dan akseleratif. Dampaknya, asa sebagai negara berpendapatan menengah tinggi, bahkan negara maju semakin menuju jalan terjal.
Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini mendukung penambahan anggaran riset. Keberadaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai institusi payung diharapkan mampu menyusun dan melaksanakan kebijakan, mengintegrasi serta mengkoordinasikan berbagai organisasi riset dengan kampus dan dunia usaha. Ini tentunya membutuhkan keberpihakan negara dalam memastikan keterhubungan riset dan industri terjadi. Penemuan dan inovasi anak bangsa tidak berhenti pada prototype belaka, namun terwujud dalam produk nyata di berbagai bidang.
“Kita mesti berdaulat dalam riset dan inovasi. Memastikan penguatan organisasi riset dan implementasi hasil riset adalah langkah awal menuju bangsa yang berdaya saing. Ini harus tercermin pada dukungan anggaran dan sinergi lintas-sektoral: Kementerian dan lembaga negara, BUMN, kampus, dan dunia usaha,” tutup Syarief.
Baca juga: Ikuti Senam Massal Bersama Warga Bogor, Syarief Hasan: Dengan Badan Bugar Kita Tatap Masa Depan