Gubernur Lemhannas: Presiden Cari Peluang Bikin Indonesia Jadi Pemimpin Negara Belahan Dunia Selatan
Pemerintah juga akan berupaya mencari terobosan-terobosan untuk menjadikan Indonesia sebagai the leader of global south.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini sedang mencari peluang bagaimana menjadikan Indonesia mampu menjadi the Leader of Global South atau pemimpin dari negara-negara belahan dunia selatan.
Dalam satu tahun ke depan, kata dia, pemerintah juga akan berupaya mencari terobosan-terobosan untuk menjadikan Indonesia sebagai the leader of global south.
Termasuk di antaranya, lanjut dia, membantu negara Selatan keluar dari perangkap ekonomi berabad-abadnya dan membangun konektivitas Selatan.
Hal tersebut disampaikannya di saat paparan dalam Seminar Ketahanan Nasional bertajuk Membangun Konektivitas Maritim Selatan-Selatan Dalam Mendukung Ketahanan Nasional di Hotel Borobudur Jakarta pada Rabu (11/10/2023).
"Kalau ini berhasil mungkin kita bisa bersama India, kita bisa bersama Tanzania, Kenya, kita bisa bersama Argentina dan Brazil menawarkan sesuatu untuk membangun konektivitas Selatan berbasis maritim yang tadi menghasilkan dua terminologi latin, Pax Maritima Globalis atau Pax Navalis Mundalis," kata dia.
"Semoga upaya ini betul-betul bisa kita usulkan supaya kemunculan Indonesia Indonesia sebagai the leader of Global South di bawah Presiden Jokowi bisa mulai dirintis di dua tahun ke depan," sambung dia.
Andi juga berbicara terkait peluang dan tantangan dalam membangun konektivitas maritim negara-negara di belahan dunia selatan.
Andi mengatakan ada beberapa negara yang akan menjadi kunci konektivitas negara-negara belahan dunia bagian Selatan ke depan terutama di sektor maritim.
Negara-negara tersebut di antaranya adalah Brazil, Argentina, Indonesia, India, Uni Emirat Arab, Kenya, Tanzania, Afrika Selatan dan Nigeria.
Andi kemudian memaparkan terkait peluang baik dari sisi ekonomi maupun energi yang dimiliki negara-negara tersebut jika telah terhubung.
"Ya kalau dilihat 15 negara eksportir minyak terbesar, yang saya kasih kotak-kotak merah itu kategorinya negara selatan. Kalau dilihat ke bawah, produsen mineral kritis di tahun 2022 itu ada grafisnya di berbagai jenis mineral kritis. Sebagian besar adalah negara-negara selatan," kata Andi.
Di sisi lain, Andi juga memaparkan tantangan yang dihadapi dalam membangun konektivitas tersebut.
Ia mencontohkan dengan situasi di Ghana.
Ghana, kata Andi, termasuk salah satu negara yang memiliki tambang emas.
Namun, lanjut dia, Ghana memiliki punya kontrak panjang sehingga emas yang ada di negara mereka hanya boleh dibeli oleh dua perusahaan yakni satu perusahaan di Prancis dan satu perusahaan lagi di Kanada.
Ia mengatakan tidak ada perusahaan Ghana yang menguasai tambang emas di Ghana.
Selain itu, kata dia, negara-negara Ecowas (Masyarakat Ekonomi Negarq-Negara Afrika Barat) dalam dua bulan terakhir tengah bergejolak.
Meski mereka memiliki mineral kritis misalnya uranium, lanjut Andi, tapi terjadi monopoli dari Prancis untuk uranium di negara-negara Ecowas.
Bahkan, kata dia, ada kudeta militer karena eksploitasi sangat keras yang terjadi terus meneurs sejak abad ke-15 sehingga jejak-jejaknya masih tampak sekarang.
"Ini peluang-peluang sekaligus hambatan yang ada untuk membangun konektivitas Selatan," kata Andi.