Sekjen Kemendes PDTT Sebut Program Tekad Adopsi Banyak Model Pembangunan untuk Indonesia Timur
Taufik menjelaskan kelompok penerima bantuan (KPB) Tekad tersebar di sembilan provinsi sasaran yakni Maluku Utara hingga Papua Selatan.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) serius mengelola Program Transformasi Kampung Terpadu (Tekad) bersama IFAD.
Salah satu indikatornya adalah adopsi banyak model program yang disesuaikan dengan kondisi wilayah sasaran.
“Kami memang serius mengelola Program Tekad ini agar benar-benar memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi warga di kawasan Indonesia Timur yang menjadi kelompok sasaran. Berbagai model program kami adopsi agar benar-benar sesuai dengan karakter wilayah kelompok sasaran,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendes PDTT Taufik Majid, Senin (11/12/2023).
Taufik menjelaskan kelompok penerima bantuan (KPB) Tekad tersebar di sembilan provinsi sasaran yakni Maluku Utara, Maluku, NTT, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua dan Papua Selatan.
Masing-masing wilayah ini memiliki karakter berbeda baik dari sisi geografis, iklim, hingga komoditas unggulan.
“Perbedaan tersebut membuat kita harus menyiapkan banyak model program agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh KPB. Dengan demikian Tekad benar-benar memberikan nilai tambah bagi upaya percepatan ekonomi warga,” katanya.
Dia mengatakan ada beberapa model program yang ditawarkan Tekad kepada warga anggota kelompok penerima bantuan.
Diantaranya model demonstaris pilot (Demplot) dan Rumah Inovasi Teknologi Desa (RITD). “Masing-masing model program ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan model lainnya. Para pendamping program TEKAD terlebih dahulu menganalisa wilayah KPB sebelum menawarkan programnya,” katanya.
Taufik mengungkapkan untuk model Demplot misalnya bertujuan mendorong adopsi teknologi baru yang telah berhasil dipraktikkan di wilayah-wilayah lain. Dangan adanya kegiatan demplot diharapkan dapat memotivasi rumah tangga di desa dalam peningkatan produktivitas dan hasil usahanya untuk meningkatkan pendapatan.
“Setiap Desa akan dipilih sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) rumah tangga penerima manfaat sebagai pelaksana demplot yang ditetapkan dalam 1 (satu) kelompok melalui musyawarah desa. Saat ini ada 352 KPB yang melaksanakan Demplot di 9 provinsi sasaran,” katanya.
Sedangkan RITD, kata Taufik bertujuan meningkatkan kapasitas pengetahuan, keahlian, dan keterampilan inovasi dan teknologi terkait dengan pengembangan produk unggulan kawasan.
Selain RITD kapasitas pengetahuan, keahlian, dan keterampilan inovasi dan teknologi terkait dengan pengembangan produk unggulan kawasan.
“Kelompok yang menerapkan RITD ini biasanya akan memecahkan kesulitan dalam mengembangkan komoditas unggulan wilayah mereka dengan teknologi tepat guna,” pungkasnya.