Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dilema Prabowo-Gibran: Pilih Rangkul PKS atau Khianati Gelora?

Mahfuz Sidik mengungkapkan, selama ini PKS kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Dilema Prabowo-Gibran: Pilih Rangkul PKS atau Khianati Gelora?
Kolase Tribunnews.com
Bagaimana sikap Prabowo-Gibran, pilih rangkul PKS atau khianati Gelora yang sejak awal mendukung Prabowo sebagai Capres? 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keinginan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merapat ke ke koalisi Prabowo-Gibran tidak berjalan mulus seperti NasDem atau PKB.

Pasalnya, Partai Gelora yang sejak awal mendukung pencapresan Prabowo Subianto menentang keras rencana bergabungnya PKS ke Koalisi Indonesia Maju.

Baca juga: Golkar, Demokrat, Gelora, dan PAN Gelisah Gara-gara PKS Mau Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Presiden terpilih Prabowo Subianto juga belum menunjukkan tanda setuju menyambut keinginan PKS tersebut.




Prabowo diketahui tidak menghadiri acara halal bihalal yang digelar PKS pada akhir pekan lalu.

Padahal PKS telah mempersiapkan karpet merah untuk Presiden terpilih itu.

Bagaimana sikap Prabowo-Gibran, pilih rangkul PKS atau khianati Gelora yang sejak awal mendukung Prabowo sebagai Capres?

Baca juga: Beda Narasi Politik & Ideologis, Gelora Nilai Masuk Akal jika PKS Tetap Jadi Oposisi Prabowo-Gibran

Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik pun merespons terkait wacana bergabungnya PKS ke koalisi Prabowo-Gibran.

BERITA TERKAIT

Mahfuz Sidik menyebut jika PKS menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Maju, maka akan menjadi sinyal pembelahan antara PKS dengan massa ideologisnya.

"Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Minggu (28/4/2024).

Mahfuz Sidik berujar bahwa selama masa kampanye Pilpres 2024, PKS melakukan serangan negatif secara masif kepada Prabowo-Gibran, terutama kepada Gibran Rakabuming Raka, WaliKota Solo dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," ujar Mahfuz Sidik.

Oleh karena itu, Mahfuz Sidik mengingatkan publik dengan narasi yang menurutnya muncul dari kalangan PKS.

Narasi itu adalah menganalogikan bahwa Nabi Musa tidak perlu berutang kepada Firaun, karena dahulu Anies Baswedan diusung menjadi calon Gubernur Jakarta pada 2017 oleh Partai Gerindra.

Mahfuz Sidik mengungkapkan, selama ini PKS kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.

Menurut Mahfuz Sidik, salah satu contohnya adalah cap pengkhianat kepada Prabowo karena bergabung dalam kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin pada 2019, yang menurutnya muncul dari PKS.

"Ketika pada 2019 Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," jelas Mahfuz Sidik.

Baca juga: Gerindra Respons Keinginan PKS Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran: Masih Proses Pengkajian

Mahfuz Sidik menegaskan, bahwa selama ini Jokowi dan Prabowo telah mengingatkan untuk tidak menarasikan membelah politik dan ideologi.

"Narasi-narasi yang beresiko membelah lagi masyarakat secara politis dan ideologis. Padahal itu yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan capres Prabowo," tutur Mahfuz Sidik.

Senada, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora Fahri Hamzah mmengingatkan bahwa PKS tidak mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 dan memperjuangkan gagasan perubahan Anies-Muhaimin (AMIN) yang sulit dikompromikan.

“Itu sebabnya sebaiknya PKS mengambil sedikit waktu untuk berpikir lebih mendalam tentang pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang selama ini diusung,” kata Fahri Hamzah, Senin (29/4/2024).

Tak hanya itu, Fahri menyarankan agar partai pimpinan Ahmad Syaikhu itu untuk mempersiapkan gagasan dan argumentasi untuk berada di luar pemerintahan atau oposisi.

“Karena kalah di dalam pemilihan presiden yang lalu (Pilpres 2024),” jelasnya.

Fahri pun menegaskan bahwa partainya sama sekali tidak ada masalah dengan PKS.

Tetapi, masalahnya, lanjut Fahri, adalah dengan pikiran-pikiran dan gagasan yang selama ini dianut serta ideologi PKS.

Dimana, berkaitan dengan sumber daya dari jaringan dan kader yang dimiliki.

"Sehingga itu harus diambil sebagai persoalan PKS sendiri bukan soal dari partai lain,” pungkasnya.

Keinginan PKS Gabung Prabowo-Gibran

Sebelumnya, Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi mengatakan telah menyiapkan kader-kader muda jika diminta mendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Hal itu disampaikan dalam sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Partai Gelora Tolak Rencana PKS Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

“Kami siap, menyiapkan orang-orang kami di PKS, anak-anak muda yang cerdas-cerdas yang siap untuk berkontribusi buat negara. Tergantung dibutuhkan, kita siapkan,” kata Habib Aboe.

Anggota DPR RI Dapil Kalsel menuturkan dalam berpolitik tidak ada yang tidak bermanfaat bagi bersama.

Menurutnya, semua partai politik memiliki kepentingan bersama yakni memajukan bangsa dan negara.

Habib Aboe Bakar menegaskan PKS mengambil sikap nothing to lose apabila tidak dilibatkan dalam pemerintahan baru.

“Tapi prinsipnya namanya kita ada di luar. Dan kita kalau pun dilibatkan juga terima kasih banyak. Kita siap,” ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas