Guru Besar UPH Tekankan Pentingnya Penerapan Sensitivitas Konflik dalam Merawat Perdamaian Dunia
Guru Besar UPN menekankan tentang pentingnya penerapan sensitivitas konflik dalam merawat perdamaian dunia.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Bidang Ilmu Keamanan dan Perdamaian Universitas Pelita Harapan (UPH) Prof Dr Edwin Martua Bangun Tambunan, menekankan tentang pentingnya penerapan sensitivitas konflik dalam merawat perdamaian dunia.
Upaya ini, kata Edwin, perlu dilakukan di berbagai bidang kehidupan, terutama untuk mencegah efek destruktif yang ditimbulkan akibat konflik yang terjadi antar organisasi atau negara tertentu.
Misalnya, seperti kejadian perang antara Rusia dan Ukraina atau perang antara Hamas dan Israel yang terjadi baru-baru ini.
"Sensitivitas konflik adalah pendekatan dari organisasi untuk memastikan bahwa respons atau intervensi yang dilakukan jangan sampai secara tidak sengaja berkontribusi terhadap konflik," ujar Edwin melalui keterangan tertulis, Jumat (24/5/2024).
Baca juga: Intelijen AS: Pejuang Gaza Muncul Terus, Hamas Rekrut Ribuan Saat Perang, Israel Tak Mungkin Menang
Hal tersebut diungkapkan Edwin pada pengukuhan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPH ini sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Keamanan dan Perdamaian.
Edwin meraih gelar Guru Besar melalui penelitian yang berjudul “Sensitivitas Konflik untuk Mewujudkan dan Merawat Perdamaian”.
Lebih lanjut, Prof Edwin mengambil contoh terkait perang Hamas dan Israel.
Menurutnya, apabila kedua pihak mau melakukan kalkulasi dan memiliki sensitivitas konflik, maka kemungkinan besar tidak perlu terjadi perang besar yang menewaskan ribuan penduduk sipil.
Menurut Edwin, ada tiga cara penerapan sensitivitas konflik yang dapat dilakukan dalam suatu organisasi.
Pertama, dengan membiasakan organisasi untuk melaksanakan analisis konflik dan memperbaruinya secara berkala.
Kedua, dengan menghubungkan analisis konflik dan siklus pemrograman intervensi.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-819: 3.000 Napi Ukraina Siap Gabung Militer
Ketiga, dengan merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi intervensi merujuk pada hasil analisis konflik, termasuk mendesain ulang bila diperlukan.
"Di antara ketiganya itu, analisis konflik adalah komponen utama dalam pengembangan sensitivitas konflik," katanya.
Sementara itu, Rektor UPH Jonathan L. Parapak, M. Eng., Sc, mengatakan penelitian Prof. Edwin sangat luar biasa bagi masyarakat dunia.
"Kita semua tahu saat ini banyak terjadi konflik yang menjadi masalah luas dan berdampak pada warga sipil," ucapnya.
Pengangkatan Edwin ini dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tertanggal 1 Desember 2023. Prof. Edwin merupakan Guru Besar ke-34 yang dikukuhkan di UPH.