Selain di IKN, TNI AU Akan Tempatkan Radar Baru dari Prancis dan Ceko di Papua, NTT hingga Sumatra
TNI AU bakal pasang radar pertahanan baru yang tengah dalam proses pengadaan di sejumlah wilayah di beberapa wilayah di Indonesia.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - TNI Angkatan Udara (AU) berencana menempatkan radar pertahanan baru yang tengah dalam proses pengadaan di sejumlah wilayah di beberapa wilayah di Indonesia.
Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsdya TNI Andyawan Martono Putra mengungkapkan rencananya radar-radar baru tersebut akan ditempatkan di antaranya di Papua, Nusa Tenggara Timur, dan juga Sumatera.
Hal itu disampaikannya usai menghadiri KASAU AWARDS 2024 di Griya Ardhya Garini Halim Perdanakusuma Jakarta pada Rabu (10/7/2024).
"Kita ada dua, ada pengadaan dari dua bagian tadi disebutkan Thales, satu lagi dari Eropa Timur (Ceko) sehingga nanti kita bagi. Yang Eropa Timur di sebelah mana, dan sebagian dari eropa ada di sebelah mana. Sehingga nanti semua terkelompok. Sorong juga nanti akan salah satu tempat di mana penempatan radar kita," kata Andyawan.
"Cukup banyak nanti di Sorong ada, Jayapura juga ada, Tambulaka ada, daerah juga Sumatera ada, lengkap semuanya dan ada beberapa yang nanti mengganti radar-radar kita yang lama. Radar kita yang lama kan teknologinya dari 1970 sampai 1980-an kita ganti dengan teknologi baru nantinya," sambung dia.
Selain itu, radar-radar baru tersebut juga akan ditempatkan di sekitar wilayah IKN.
Penempatan di sekitar wilayah IKN tersebut, kata dia, ditujukan untuk mencakup wilayah udara di sekitar IKN.
"Tentunya kita juga TNI AU sudah punya perspektif pertahanan udara di sekitar IKN. Tidak hanya radar tetapi itu ada nanti pertahanan-pertahanan udara lainnya. Ada penugasan peswat di sana, ada air defense weapon ada di sana," kata dia.
Baca juga: Akui 3 Pria Berseragam yang Cekik dan Piting Sopir Adalah Anggotanya, TNI AU: Sudah Berdamai
Dia menjelaskan kontrak pengadaan radar-radar baru telah dilakukan sejak tahun lalu.
Ia mengatakan radar-radar baru tersebut akan tiba satu per satu sekira 18 bulan setelah kontrak ditandatangani.
"Kita sudah berkontrak dari tahun kemarin. Ini lagi proses pengadaan. Kira-kira 18 bulan setelah kontrak setelah itu baru datang satu per satu totalnya sekitar rekan-rekan sudah tahulah," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin mengatakan proses pengadaan 13 radar Ground Controlled Interception (GCI) GM-403 kerja sama PT Len Industri dengan perusahaan asal Prancis Thales sudah mencapai sekira 80 persen.
Saat ini, kata Bobby, 13 radar GCI tersebut telah mulai diproduksi.
Ia menjelaskan dalam produksi 13 radar GCI tersebut, PT Len memproduksi komponen utama radar di dalam negeri meski sebagian besar komponennya masih diproduksi di Prancis.
Bobby berharap tahun ini, sekira 4 sampai 5 unit dari 13 radar tersebut dapat rampung dan dipasang khususnya untuk menjangkau wilayah udara di Ibu Kota Negara Nusantara.
Hal itu disampaikannya saat konferensi pers di Plataran Senayan Jakarta pada Senin (1/7/2024).
"Kita harapkan dalam tahun ini, kita sudah bisa install sekitar 4 sampai 5 site (titik penempatan) radar terutama yang mengcover IKN tadi ya," kata Bobby.
"Seperti yang saya sampaikan. Jadi wilayah udara IKN itu kita akan cover dulu. Sehingga threat (ancaman) yang ada di udara, yang datang dari udara itu bisa kita lakukan identifikasi," sambung dia.
Bobby mengatakan, operasi 13 radar tersebut nantinya akan terhubung dengan 12 radar Retia dari Ceko yang saat ini juga tengah dalam proses pengadaan.
Ia berharap total 25 radar tersebut nantinya dapat menjangkau seluruh wilayah udara di Indonesia.
"Tentunya 13 radar ini akan ber-interoperability dengan 12 radarnya Ceko, dengan (buatan) Retia. Sehingga ini bisa mengcover seluruh wilayah udara Indonesia yang panjangnya itu sekitar 6 ribu km yang lebarnya itu sekitar 2.500 km. Itu nanti akan dicover (dijangkau) radar GCI," kata dia.
Selain itu, kata dia, PT Len juga telah menjalin kontrak dengan Kementerian Pertahanan untuk pengadaan satelit observasi.
Proses pengadaan satelit observasi tersebut, kata dia, juga cukup siginfikan.
Rencananya, satelit tersebut akan dilhuncurkan dua sampai tiga tahun mendatang.
"On the top of it, sebagai early warning system juga. PT LEN juga telah berkontrak dengan Kementerian Pertahanan untuk pengadaan satelit observasi. Dan ini progresnya juga sudah cukup signifikan. Kita sudah bisa melihat lah, wilayah Indonesia ini kalau kita melihat dari luar angkasa itu seperti apa," kata dia.
"Tapi nanti sovereign satelitnya itu akan diluncurkan 2 sampai 3 tahun ke depan," sambung dia.
Untuk diketahui, radar GCI buatan PT Len dan Thales mampu memiliki jangkauan mencapai 450 km.
Radar GCI digunakan untuk mengawal pesawat pencegat maupun pesawat buru sergap dalam menjalankan misi.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengungkap rencana pembelian 12 dari 25 radar baru untuk memperkuat pertahanan udara.
Prabowo mengatakan rencananya, 12 radar tersebut akan dibeli dari Ceko.
Namun demikian, ia tidak menjelaskan lebih jauh soal spesifikasi radar pertahanan yang akan dibeli tersebut.
"Kalu nggak salah Ceko. Dari Ceko," kata Prabowo usai menyerahkan lima unit pesawat terbang NC-212i kepada TNI Angkatan Udara di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta pada Selasa (12/12/2023).
Baca juga: Pengacara Pegi Ternyata Eks Anak Buah Prabowo, Pernah Bebaskan Sandera Tawanan OPM, Ini Kisahnya
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo (kini pensiun) sebelumnya juga mengungkap rencana pengadaan 25 radar baru untuk memperkuat pertahanan udara.
Sebagian radar tersebut, kata dia, rencananya digunakan untuk mengganti radar yang sudah tua.
Sedangkan sebagian lainnya, kata dia, akan ditempatkan di titik-titik yang baru.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Sambung Rasa KSAU dengan Pemimpin Redaksi Media Massa di Markas Besar TNI AU Cilangkap Jakarta pada Senin (4/12/2023).
"Semua ini dalam upaya untuk mengcover (menjangkau) seluruh wilayah udara Indonesia. Meskipun dengan 25 radar tersebut dirasa masih kurang. Akan tetapi kita akan memprioritaskan di mana wilayah-wilayah yang perlu dilindungi. Diperkuat perlindungan udaranya," kata Fadjar.
"Kedua, wilayah-wilayah yang sering terjadi pelanggaran wilayah udara dan juga wilayah-wilayah yang sering dilewati oleh lalu lintas udara. Itu prioritas dari kita," sambung dia.
Ia mengakui seluruh ruang udara di Indonesia belum mampu dicakup oleh radar-radar yang ada saat ini.
Selain itu, kata dia, teknologi pada sebagian radar yang ada saat ini sudah cenderung tertinggal.
"Tetapi kami terus berupaya untuk memelihara untuk tetap siap. Radar-radar yang ada ini kita sudah bisa memproduksi beberapa partnya untuk bisa tetap beroperasi. Dan di beberapa satuan radar tetap melaksanakan 24 jam. Itu artinya dia terus-terusan hidup," kata dia.
Tantangan lainnya, kata dia, dalam pelaksanaan penempatan radar akan relatif rumit.
Hal tersebut, kata dia, karena radar harus ditempatkan di titik yang tidak nemiliki hambatan.
"Tetapi kan berarti kalau kita letakkan di posisi di ujung bukit, bisa jadi persoalan. Karena infrastrukturnya, baik listrik, jalan, operatornya dan pengawakannya. Tapi itu semua harus bisa kita pecahkan dan akan terus kita cari jalan keluarnya," kata dia.
Baca juga: Urgensi Modernisasi Alutsista TNI AU di Tengah Eskalasi Konflik Laut China Selatan
Ke depan, kata Fadjar, TNI AU akan mengajukan pengadaan radar untuk cadangan dari semua radar yang akan tergelar nantinya.
Ia mencontohkan radar menjadi elemen penting dalam pertahanan udara dengan melihat perang Ukraina dan Rusia saat ini.
"Sebagai contoh, kenapa negara Ukraina itu dia bisa cukup bertahan mendapat serangan dari Rusia. Satu negara sebesar itu radarnya 200, dan mereka memang memiliki sistem pertahanan udara yang cukup kuat, buktinya sampai sekarang masih bisa bertahan," kata dia.
Kepala Biro Humas Setjen Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha sebelumnya juga mengungkap nilai kontrak jual beli antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan PT Len Industri (Persero) untuk pengadaan 13 unit sistem radar Ground Control Interception (GCqI) GM-403 dari Thales, Prancis.
Ia mengatakan nilai kontrak pengadaan 13 radar tersebut mencapai €354,1 Juta.
"Nilai kontrak sebesar EUR 354.119.092,00," kata Edwin saat dihubungi wartawan Rabu (28/6/2023).
Kerja sama tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama Len, Bobby Rasyidin, dan SVP Latin America & Asia of Thales International SAS, Guy Bonassi, di Prancis.
"Kontrak ditandatangani pada tanggal 20 April 2022 dan pengiriman dilakukan dalam waktu 48 bulan setelah tanggal efektif kontrak. Selain itu, periode garansi untuk sistem radar ini adalah 36 bulan," kata keterangan resmi Biro Humas Setjen Kemhan di laman kemhan.go.id pada Selasa (27/6/2023).
Sistem radar GCI dinilai sangat penting untuk memantau dan mengendalikan lalu lintas udara, memberikan peringatan dini terhadap ancaman udara potensial, dan memastikan keamanan ruang udara nasional