Din Syamsuddin Ungkap Umat Beragama Masih Ada yang Diam Terhadap Krisis Lingkungan
Umat beragama masih ada yang berdiam diri terhadap krisis lingkungan hidup, genosida, dan fobia terhadap pemeluk sesuatu agama
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum MUI Pusat Din Syamsuddin mengungkapan umat beragama masih ada yang berdiam terhadap krisis lingkungan.
Adapun hal itu disampaikan Din Syamsuddin pada Konferensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris, 24 September 2024.
Mulanya ia mengatakan agama-agama selama ini lebih banyak tampil sebagai bagian dari masalah yakni dengan aneka masalah yang melilit sebagian pemeluk agama-agama. Seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan berbagai bentuk kekerasan.
“Hal itu disebabkan karena keberagaman lebih berorientasi formal-ritualistik, belum etikal-operasional; keberagamaan lebih untuk meraih kesalehan individual belum kesalehan sosial. Agama-agama belum menampilkan paradigma etiknya utk perdamaian dan peradaban,” kata Din Syamsuddin dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews, Kamis (26/9/2024).
Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini juga menilai umat beragama masih ada yang berdiam diri terhadap krisis lingkungan hidup, genosida, dan fobia terhadap pemeluk sesuatu agama.
Baca juga: Wakil Ketua MUI Kiai Marsudi Bicara Pentingnya Toleransi di Hadapan Tokoh Agama Dunia
Pada bagian lain presentasinya, ia juga menilai dialog antar umat beragama yang marak selama ini terhenti pada kata-kata, kurang berlanjut pada aksi nyata.
Menurutnya, dialog selama ini sesungguhnya masih bersifat dua-tiga monolog. Dialog antar umat beragama perlu bersifat dialogikal, yakni dialog yang berpangkal pada ketulusan, keterbukaan, keterusterangan, untuk penyelesaian masalah.
“Harus diakui ada masalah di antara umat berbagai agama berupa persaingan untuk dominasi dan supremasi, akibatnya sesungguhnya ada ketegangan tersembunyi,” ungkapnya.
Ketegangan tersebut, lanjutnya menurut Ketua Poros Dunia Wasatiyat Islam, kalau tidak diselesaikan, seperti kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan politik, akan menjadi bom waktu bagi konflik antar umat berbagai agama.
Diketahui Konperensi Tahunan Community of Sant' Egidio di Paris, 24 September 2024 bertema Imagine Peace (Perancis: Imaginer La Paix).
Ajang tersebut dihadiri seribu lebih peserta dari manca negara terdiri dari tokoh agama, cendekiawan, dan mahasiswa.
Pada acara pembukaan hadir memberi sambutan Presiden Marcon dan Pendiri Komunitas Sant' Egidio Prof. Se. Andre Riccardi.
Sementara itu dari Indonesia hadir selain Din Syamsuddin, KH Marsudi Syuhud, Wakil Ketua Umum MUI, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, Sekretaria Umum PP Muhammadiyah, dan Anik Khamim Thohari, Sekjen Indonesian Conference on Religion for Peace (ACRP).