Anggota DPR Dorong Barantin Terapkan Pengawasan Berbasis AI dan Digitalisasi
Rina menyampaikan kekhawatirannya terhadap tingginya jumlah kasus penyelundupan produk pertanian yang terdeteksi di berbagai bandara.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI fraksi PKB, Rina Sa’adah, meminta Badan Karantina Indonesia (Barantin) untuk meningkatkan sistem pengawasan dengan menggunakan data komprehensif dan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Hal ini disampaikan dalam rapat dengar pendapat Komisi IV DPR dengan Barantin di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Rina menyampaikan kekhawatirannya terhadap tingginya jumlah kasus penyelundupan produk pertanian yang terdeteksi di berbagai bandara.
“Dari data yang disajikan ada 1.445 kasus penangkapan yang masih tinggi di beberapa bandara. Untuk itu kami merekomendasikan sistem pengawasan berbasis data komprehensif,” kata Rina.
Dia menyarankan agar Barantin menerapkan inovasi teknologi berbasis kecerdasan buatan.
“Dengan berbasis AI harapannya SDM paham fungsi AI. Sehingga tidak ada lagi aparat yang ada di bandara bekerja sama dengan penyelundup atau pihak lain," ujar Rina.
Menurut Rina, dari data ekspor impor, kasus tangkapan tertinggi dalam produk pertanian ada di Jakarta mencapai 807 kali.
“Komoditas yang paling banyak ditangkap adalah bawang putih, kentang dan daging yang merupakan bahan pokok masyarakat. Apalagi Jakarta jumlah penduduknya paling tinggi. Harus jadi perhatian,” ungkapnya.
Rina menegaskan, Barantin harus menerapkan sistem pengawasan yang komprehensif dan terintegrasi dengan sistem digitalisasi.
“Perketat pengawasan komoditas pertanian di Jakarta. Pastikan produk yang dikonsumsi rakyat tidak mengandung zat yang berbahaya. Serta sosialisasikan terus bibit tanaman organik,” tambah Rina.
Rina juga mengapresiasi adanya peningkatan ekspor buah berkualitas. Dia mendorong agar Barantin bisa berperan dan mendorong agar para petani bisa meningkatkan kualitas produknya.
“Ekspor buah tropis harus ditingkatkan, misalnya mangga, pisang dan lainnya. Selama ini terkendala di negara tujuan ekspor. Jepang misalnya menerapkan aturan ketat. Barantin bisa membantu membuka kerjasama dengan pihak terkait di negara tersebut,” ucapnya.
Menurut Rina, sosialisasi bibit organik, dan tanaman unggulan harus terus didorong sehingga komoditas kita bisa menembus pasar ekspor global.
Sementara itu, Kepala Barantin, Sahat M Panggabean mengatakan, saat ini pihaknya juga fokus untuk mengawasi dan memeriksa sapi yang akan didatangkan dari Brazil.
“Kita sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di Brazil. Memastikan sapinya dan laboratorium yang memeriksa kesehatan sapi tersebut," ucap Sahat.
Barantin juga akan memberikan vaksin sapi- sapi tersebut agar aman dari penyakit PMK (penyakit mulut dan kuku) sebelum masuk ke Indonesia.