Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menkes Soroti Resistansi Antimikroba, Masih Jadi Ancaman Bagi Kesehatan Masyarakat

Angka kematian meningkat akibat infeksi yang tidak lagi responsif terhadap pengobatan antibiotik.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Menkes Soroti Resistansi Antimikroba, Masih Jadi Ancaman Bagi Kesehatan Masyarakat
Tribunnews/Jeprima
Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin(18/11/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Resistansi antimikroba (AMR) menjadi ancaman nyata yang mengancam kesehatan manusia, lingkungan, dan ekonomi. 

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pun menyoroti dampak serius dari resistansi antibiotik. 

Baca juga: Menteri Kesehatan: Banyak Antibiotik Beredar Tanpa Resep Dokter

Ia membagikan pengalamannya saat kunjungan kerja ke Kendari, di mana ia menyaksikan tingginya angka kematian akibat infeksi yang tidak lagi responsif terhadap pengobatan antibiotik.

“Kita melihat pembelian antibiotik di Indonesia meningkat dari Rp5-6 triliun per tahun menjadi Rp10 triliun. Banyak yang digunakan tanpa resep dokter, bahkan tersebar di lingkungan seperti sungai dan laut,” kata Budi dilansir dari website resmi Kemenkes, Senin (9/12/2024). 

Tidak hanya berdampak pada kesehatan, resistansi antibiotik juga merugikan sektor ekonomi dan lingkungan. 

Salah satu contoh adalah penolakan produk laut Indonesia di pasar internasional karena kadar antibiotik yang tinggi. 

Berita Rekomendasi

Budi menegaskan bahwa resistansi antimikroba adalah ancaman yang harus segera ditangani melalui perubahan perilaku masyarakat.

Masyarakat diajak untuk lebih bijak dalam menggunakan antibiotik.

Seperti hanya menggunakannya sesuai resep dokter, menghindari pembelian bebas, dan tidak menggunakan antibiotik secara berlebihan pada hewan.

“Resistansi antibiotik adalah ancaman nyata. Jika kita terus membiarkan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol, di masa depan, obat-obatan ini tidak lagi efektif melawan infeksi. Mari bersama-sama mengedukasi masyarakat dan mendorong perilaku bijak dalam penggunaan antibiotik,” lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr. Azhar Jaya menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam mengatasi resistansi antimikroba.

“Ini bukan hanya soal kesehatan individu, tetapi juga menyangkut keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan ekonomi kita. Upaya pengendalian resistansi antimikroba membutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat,” jelas dr. Azhar.

Dokter Azhar menambahkan bahwa perubahan perilaku masyarakat adalah fondasi untuk mencegah meluasnya resistansi antimikroba

“Kami berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan publik dan menginspirasi tindakan nyata untuk melindungi masa depan generasi mendatang,” lanjut dr Azhar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas