Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Seniman Bali Sulap Limbah Pecahan Kaca Jadi Karya Mahal hingga Laris di pasar Eropa

Rediawan juga turut melakukan inovasi dari kaca tiup yang dibuatnya. Di mana, dengan memberikan wadah kayu pada bagian bawah sebagai alas.

Penulis: Content Writer
zoom-in Kisah Seniman Bali Sulap Limbah Pecahan Kaca Jadi Karya Mahal hingga Laris di pasar Eropa
Dodi Esvandi
Pekerja sedang merapikan berbagai produk kaca tiup. Produk itu dijual dengan harga paling murah Rp50 ribu dan yang termahal mencapai Rp15 juta. 

TRIBUNNEWS.COM - Di tangan seorang seniman, limbah pecahan kaca bisa menjadi karya yang begitu mahal. Bahkan, terjual laris hingga mancanegara, khususnya di pasar Eropa. Seperti apa dan bagaimana ide unik itu bisa tercipta? Simak kisah selengkapnya dalam artikel berikut!

Dia tak lain adalah I Gede Rediawan, seorang seniman sekaligus pemilik galeri seni St Factory Blowing Glass di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Di tangan Rediawan, limbah pecahan kaca yang biasanya berakhir di tempat sampah, berhasil disulapnya menjadi karya yang mendatangkan omzet hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya.

Rediawan mengolah limbah pecahan kaca menjadi aneka kerajinan kaca tiup, karya seni yang dibuat dengan teknik meniupkan kaca cair menjadi gelembung atau lonjong menggunakan pipa tiup. Biasanya, kaca tiup digunakan sebagai aquarium mini, tempat buah, hingga tempat tanaman hias.

Lewat galeri seni miliknya, Rediawan sudah memulai usaha kaca tiup dari limbah pecahan kaca ini sekira 2017 lalu. Jauh sebelumnya, Rediawan sempat menggeluti usaha kaca mozaik. Namun, seiring redupnya permintaan, Rediawan pindah haluan dengan mencoba membuat kerajinan kaca tiup.

Baca juga: Dapat Julukan Artis Terkaya, Rey Utami Beri Tanggapan hingga Bongkar Cerita Perjalanan Bisnis

Menariknya, ide bisnis kaca tipu ini didapatkan Rediawan dari kenalannya seorang WNA asal Jepang yang kala itu sedang berkunjung ke Bali. Usut punya usut, kenalannya itu sudah lebih dulu memiliki bisnis kaca tiup di Jepang. Rediawan tampaknya terdorong untuk membuat kerajinan serupa yang akan kembali dijualnya.

Dengan sedikit memodifikasi ide sang kenalan, Rediawan pun mulai mencoba membuat kerajinan kaca tiup yang bermodalkan hanya aneka pecahan limbah kaca sudah tak terpakai, yang dibelinya seharga Rp1.000 per kilogram.

I Gede Rediawan, pemilik galeri seni bernama St Factory Blowing Glass di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
I Gede Rediawan, pemilik galeri seni bernama St Factory Blowing Glass di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. (Dodi Esvandi)

Limbah kaca yang dibelinya itu kemudian dibersihkan. Setelahnya, Rediawan melebur limbah pecahan kaca pada suhu 1.600 derajat celcius. Kaca yang sudah dilebur kemudian diproses menjadi berbagai bentuk barang kerajinan dengan cara ditiup. 

Berita Rekomendasi

Mulanya, segumpal cairan kaca yang diambil, dimasukkan ke dalam alat yang biasa disebut “mal” sambil ditiup dan diputar-putar. Setelah terbentuk benda yang diinginkan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven pendingin hingga semalaman.

Rediawan juga turut melakukan inovasi dari kaca tiup yang dibuatnya. Di mana, dengan memberikan wadah kayu pada bagian bawah sebagai alas. Menariknya, kayu yang menjadi alas dari kaca tiup tersebut juga diolah Rediawan dari limbah kayu.

Baca juga: Bukan Hanya Lezat, 7 Ragam Makanan Tradisional Nusantara Ini Juga Dikenal Menyehatkan

Kaca tiup milik Rediawan berhasil laris di pasaran, bahkan sudah terjual ke berbagai negara, khususnya Eropa. Berbagai produk kaca tiup itu dijual dengan harga mulai dari Rp50 ribu dan hingga Rp15 juta.

"Saat ini permintaan terbanyak dari Eropa. Pengiriman barangnya sekitar dua kontainer per bulan," kata Rediawan, Rabu (12/10/2022).

Kesuksesan Rediawan mengembangkan bisnisnya itu juga tak lepas dari bantuan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Bermodalkan Rp50 juta yang dipinjamnya itu, Rediawan berhasil mengolah bisnis kaca tiupnya datang mendatangkan omzet ratusan juta setiap bulannya, sekira Rp300 juta.

Selain pinjaman modal, Rediawan mengaku juga mendapat berbagai bantuan dari PMN, mulai dari pelatihan memasarkan barang lewat sosial media, kunjungan ke berbagai pameran, dan berbagai pelatihan lainnya.

Berkat pinjaman modal dan bimbingan dari PMN itu, usaha Rediawan berkembang pesat. 2022 lalu, ia sudah memiliki 60 karyawan, padahal semula hanya dibantu istri dan tiga orang karyawan. 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah I Gede Rediawan Menyulap Limbah Kaca Bekas Jadi Kerajinan Kaca Tiup Beromzet Ratusan Juta

#LokalAsri #ArahkanAksiAsrikanIndonesia #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas