Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Ancaman Rob dan Abrasi di Pesisir Utara Jawa, Giant Sea Wall Diharapkan Segera Terealisasi

Terkait besarnya biaya pembangunan GSW, menurut Zulfikar, bisa dipecahkan dengan banyak cara. Bisa dengan mengundang investor atau mencari pinjaman

Tribun X Baca tanpa iklan
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in Ancaman Rob dan Abrasi di Pesisir Utara Jawa, Giant Sea Wall Diharapkan Segera Terealisasi
Warta Kota/Henry Lopulalan
BANJIR ROB - Kenaikan air laut pasang atau banjir rob merendam wilayah pelabuhan Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa, (9/11/2021). Pengamat ekonomi politik Mohammad Zulfikar Dachlan menilai pembangunan Giant Sea Wall (GSW) perlu direalisasikan untuk mencegah rob dan abrasi. 

Saat aksi tanam mangrove di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara, Rabu (5/2/2025), Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung mengungkap janji akan membangun Giant Mangrove Wall di pesisir Jakarta. 

Konsepnya tak beda dengan Giant Sea Wall hanya beda wahana saja. Jika GSW menggunakan bangunan kokok, sedangkan Giant Mangrove Wall berupa penanaman mangrove sebagai penghalang banjir rob serta abrasi. 

“Saya serius untuk mengembangkan Giant Sea Wall, tetapi di atasnya ada mangrove. Maka saya menyebutnya menjadi Giant Mangrove Wall,” ujar Mas Pram, sapaan akrab Pramono di Jakarta Utara, Rabu (5/2/2025). 

Pramono menjelaskan, pemerintah pusat bersama Pemprov Jakarta bakal berkolaborasi dalam membangun GSW seluas 11,2 kilometer. Nantinya, tanggul laut raksasa itu akan dikembangkan menjadi Giant Mangrove Wall. 

Dalam 30 tahun terakhir, kata Pramono, lebih dari 50 persen hutan mangrove menghilang, termasuk di Jakarta. Upaya penanaman mangrove ini menjadi penting terus dilakukan secara rutin, agar memberi dampak positif bagi Jakarta. “Mau tidak mau, suka tidak suka, kita yang membutuhkan mangrove,” kata Pramono. 

Garis Pantai Terkikis

ABRASI SEMARANG - Abrasi di bibir pantai yang terletak di Kota Semarang semakin mengkhawatirkan, Sabtu (16/9/2017). Abrasi ini mengancam warga di pinggiran pantai kehilangan aset atau tanah tempat tinggalnya. TRIBUN JATENG/SUHARNO
ABRASI SEMARANG - Abrasi di bibir pantai yang terletak di Kota Semarang semakin mengkhawatirkan, Sabtu (16/9/2017). Abrasi ini mengancam warga di pinggiran pantai kehilangan aset atau tanah tempat tinggalnya. TRIBUN JATENG/SUHARNO (TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/SUHARNO)

Saat ini ancaman abrasi di pantai utara Pulau Jawa masuk tahap mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015, sedikitnya 400 kilometer garis pantai di Indonesia raib gara-gara abrasi. 

Sehingga, total pantai sepanjang 745 kilometer, menghilang 44 persen. Termasuk yang terjadi di pesisir Tangerang, seluas 579 hektare (ha) lahan raib selama periode 1995-2015.

Baca juga: Danau Lido Alami Sedimentasi, Kementerian LH Ancam Bekukan Izin dan Pidanakan Pengelola

Berita Rekomendasi

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari membenarkan data tersebut. Di mana, laju abrasi pantai tumbuh cukup signifikan hingga 200 m hingga 500 m, dalam 10 tahun terakhir.

“Terlihat daerah-daerah yang mangrove-nya tidak terjaga, sangat riskan tergerus (abrasi) dalam luasan yang cukup signifikan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (28/1/2025).

Cocok dengan hasil citra satelit Pantai Anom, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang periode 2009-2025. Pada 16 tahun lalu, masih terdapat daratan dan hamparan sawah di Pantai Anom. Akibat abrasi, sedikit demi sedikit daratan mulai menghilang. Pada 2014, terjadi perubahan yang luar biasa besar, jarak laut sudah sangat dekat dengan titik yang bertulisan 'Pantai Anom' yang ditangkap dari layar citra satelit.

Selanjutnya pada 2024, posisi titik 'Pantai Anom' berada di dalam laut, dan tidak terlihat lagi hamparan dataran, seperti sebelumnya. Layar Citra Satelit terbaru yang diambil pada 24 Januari 2025, menemukan titik 'Pantai Anom' sudah berada di posisi laut, dan itu adalah posisi pagar laut yang beberapa waktu lalu heboh. 

Pergeseran ini, tentu saja, membuat masyarakat was-was. Apalagi BMKG sempat mengeluarkan pengumuman potensi bencana banjir rob di pesisir pantai utara Pulau Jawa

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menyatakan, ancaman abrasi atau degradasi tanah, akibat air laut yang kini terjadi di seluruh pesisir Pantai Utara Jawa bisa menjadi gerbang masuk dari bencana banjir rob.

“Jika memang terjadi penurunan tanah atau degradasi tanah. Tentunya banyak hal yang terancam. Di antaranya potensi terjadinya air laut yang masuk ke daratan ketika fase rob,” ujar Eko kepada wartawan, Selasa (28/1/2024).

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

Wiki Terkait

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas