Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Antisipasi Ancaman Terorisme Kimia di Indonesia, Pemerintah bersama UNODC Lakukan Uji Simulasi

Guna mengantisipasi terjadinya ancaman terorisme kimia di Indonesia, Pemerintah Indonesia, UNODC, dan BNPT melakukan uji simulasi ancaman terorisme.

Editor: Content Writer
zoom-in Antisipasi Ancaman Terorisme Kimia di Indonesia, Pemerintah bersama UNODC Lakukan Uji Simulasi
Istimewa
SIMULASI ANCAMAN TERORISME - United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan dukungan dari Brimob Polri melakukan uji simulasi ancaman terorisme kimia yang dilakukan di Semarang, Senin (18/3/2024) lalu. 

Sebuah mobil miniatur dengan sensor dan kamera berada di mana-mana, mengambil sampel dan membantu para ahli di luar perimeter untuk menentukan tingkat toksisitas. Para responden yang terlibat ini berasal dari berbagai unit dan lembaga, seperti polisi, anggota militer, kontraterorisme, penjinak bom, forensik, medis, pemadam kebakaran, dan keamanan infrastruktur publik. 

“Pelatihan ini diperlukan karena ancaman terorisme jenis ini semakin banyak kasus yang terjadi di Indonesia. Jadi semua pemangku kepentingan, tidak hanya aparat keamanan harus mempersiapkan diri untuk mengantisipasi aksi terorisme semacam itu,” ujar Edi Suranta Sinulingga, Komandan Unit Kimia, Biologi, Radiologi dan Nuklir di bawah Brigade Mobil Gegana Kepolisian Republik Indonesia. 

Tentunya, setiap kementerian, lembaga atau badan memiliki prosedur atau cara yang berbeda untuk menanggapinya. Selama pelatihan simulasi berlangsung dan lokakarya, para ahli mempelajari dan berbagi mengenai mandat, kerangka kerja, konsep operasi, dan prosedur operasi standar, serta kapasitas teknis dan operasional yang dapat dimanfaatkan. 

Niels den Hollander, pakar pencegahan terorisme di UNODC menambahkan, “Tanggapan yang sangat terkoordinasi terhadap serangan yang begitu kompleks membutuhkan kolaborasi antar lembaga yang kuat. Sebab, satu entitas saja tidak dapat melakukan hal ini.” 

Salah satu responden dari Rumah Sakit Kariadi Semarang mengatakan, “Sebagai tenaga medis, pelatihan ini sangat berharga. Kami harus mematuhi protokol keselamatan yang ketat sebelum memasuki zona yang terkontaminasi untuk menolong para korban. Jika tidak, kita bisa menjadi korban dan apa yang terjadi jika tidak ada bantuan medis yang tersedia?” 

Sebelumnya pada musim panas tahun lalu, telah berlangsung simulasi yang sama di dalam pesawat. Simulasi ini melibatkan elemen yang lebih kompleks, seperti pelaku fiktif dengan masker gas yang membawa senjata, bahan berbahaya yang mencurigakan, sandera di bandara, dan ledakan yang menghasilkan asap di lapangan latihan. 

Berita Rekomendasi

Sesi yang lebih khusus direncanakan dilakukan pada tahun 2024. Sesi ini berfokus pada manajemen tempat kejadian perkara bagi para responden pertama untuk memastikan bahwa mereka mengetahui cara mencatat dan mengumpulkan bukti dari tempat kejadian dengan benar, sehingga dapat diterima dalam proses. 

“Dengan menyatukan lembaga-lembaga ini di dalam sebuah latihan, kami memfasilitasi sebuah proses di mana para ahli merasa nyaman untuk melakukan kesalahan, belajar dari kesalahan tersebut, mengidentifikasi kesenjangan, dan mengembangkan program untuk memperbaikinya. Lagipula, jauh lebih mudah untuk menghadapi dan belajar dari kesalahan dalam sebuah latihan daripada di kehidupan nyata,” ungkap Dimas Andianto, Programme officer di UNODC. 

Artikel ini merupakan hasil kerja sama United Nations Indonesia dengan Tribunnews. Untuk informasi lengkap, kunjungi laman resmi UN Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas