Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Tagar Indonesia Gelap Capai 13 Juta Engagement di X, 81 Persen Komentar Bersentimen Negatif

Tagar Indonesia Gelap mendapatkan lebih dari 13 juta engagement di X dan 4 juta engagement di Instagram, mayorutas sentimen yang muncul negatif.

Penulis: Yulis
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Tagar Indonesia Gelap Capai 13 Juta Engagement di X, 81 Persen Komentar Bersentimen Negatif
TRIBUNNEWS/HERUDIN
RICUH - Demonstran menyalakan lilin saat demonstrasi bertajuk Indonesia Gelap di sekitar Kawasan Patung Kuda Jakarta, Jumat (21/2/2025). Dalam demonstrasi lanjutan tersebut mahasiswa membawa sejumlah tuntutan seperti Kaji ulang Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang berfokus pada efisiensi belanja dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk Tahun Anggaran 2025, evaluasi besar-besaran makan bergizi gratis, tolak dwifungsi TNI, dan tolak revisi Undang-Undang Minerba yang bermasalah. Tagar Indonesia Gelap Capai 13 Juta Engagement di X, 81% Komentar Bersentimen Negatif TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepanjang Februari 2025, media sosial X dipenuhi dengan gelombang keresahan warganet terhadap berbagai kebijakan pemerintah. 

Hingga tiga bulan pemerintahan Prabowo-Gibran, kebijakan yang diluncurkan terus menerus memunculkan pro dan kontra. 

Laporan terbaru dari Jangkara Data Lab, perusahaan riset digital di bawah PT Nestara Teknologi Teradata, mengungkap bahwa tagar Indonesia Gelap mendapatkan lebih dari 13 juta engagement di X dan 4 juta engagement di Instagram.

Analisis terhadap 64.816 komentar di X menemukan bahwa 81 persen sentimen yang muncul bersifat negatif, dengan kluster emosi "Anger" (kemarahan) mendominasi sebesar 37%. 

Gelombang percakapan warganet mencapai puncaknya pada 17 dan 21 Februari 2025, bertepatan dengan aksi demonstrasi di berbagai daerah.

"Tagar Indonesia Gelap adalah refleksi dari kekecewaan publik terhadap beberapa kebijakan, seperti efisiensi anggaran yang dianggap tidak tepat sasaran, pembatasan elpiji yang merugikan masyarakat, retret kepala daerah yang dinilai boros, serta pendirian Danantara yang kontroversial," ungkap Khoirul Rifai, Asisten Manajer Riset Jangkara dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Rabu (19/3/2024).

Baca juga: Setelah Kabur Aja Dulu dan Indonesia Gelap Trending, Kini Nyesel Gabung Republik Viral, Ada Apa?

Dari analisis big data menggunakan metode Plutchik’s Wheel of Emotions, ditemukan bahwa selain kemarahan, warganet juga menunjukkan emosi “Anticipation” (34%) dan “Disgust” (12%), mencerminkan ketidakpuasan mendalam terhadap kondisi sosial-politik. 
Kemarahan masyarakat tumpah dalam demonstrasi tagar Indonesia Gelap dan melalui media sosial yang mayoritas spektrum emosinya adalah kemarahan publik dan didominasi sentimen negatif.

Berita Rekomendasi

Akun-akun non-media menjadi motor utama dalam amplifikasi isu ini, dengan 99% percakapan berasal dari akun individu, sementara akun media hanya berkontribusi 1%. 

Akun non-media @Kunti1515 tercatat sebagai yang paling aktif dengan 612 komentar. Sedangkan di kategori media, @kompascom memimpin dengan 146 komentar yang menyebut tagar tersebut.

Laporan ini menunjukkan bahwa media sosial terus menjadi kanal utama bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan kritik terhadap kebijakan pemerintah. 

AKSI INDONESIA GELAP - Sejumlah massa aksi menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2025). Sejumlah peserta aksi Indonesia Gelap tersebut membawa poster berisi tuntutan dan kritikan kepada pemerintah Prabowo-Gibran. Tribunnews/Jeprima
AKSI INDONESIA GELAP - Sejumlah massa aksi menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2025). Sejumlah peserta aksi Indonesia Gelap tersebut membawa poster berisi tuntutan dan kritikan kepada pemerintah Prabowo-Gibran. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Gelombang percakapan negatif yang dominan dalam tagar Indonesia Gelap menjadi sinyal kuat bagi para pemangku kebijakan untuk lebih responsif terhadap keresahan publik.

Untuk diketahui Jangkara adalah perusahaan riset digital yang berdiri sejak Maret 2021. 

Dengan memanfaatkan data dari Newstensity, Socindex, dan Socioscreen, Jangkara mengombinasikan analisis kuantitatif dan kualitatif untuk memberikan wawasan mendalam mengenai berbagai isu sosial, politik, dan ekonomi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas