Saat Hanin, Orangutan Usia 11 Tahun Hasil Penyelamatan Mulai 'Disekolahkan' di Pulau Salat Kalsel
Pra-pelepasliaran orangutan betina bernama Hanin berusia 11 tahun, di Pulau Salat, Kalimantan Selatan merupakan tahap akhir dari proses rehabilitasi.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Dewi Agustina

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melakukan pra-pelepasliaran Orangutan betina bernama Hanin berusia 11 tahun, di Pulau Salat, Kalimantan Selatan, Rabu (19/3/2025).
Pra-pelepasliaran ini merupakan tahap akhir dari proses rehabilitasi, di mana satwa hasil penyelamatan 'disekolahkan' atau dipersiapkan untuk hidup mandiri sebelum dibebaskan ke alam rimba.
Baca juga: 5 Fakta Orangutan Setinggi Rumah Muncul ke Permukiman Warga, Diduga Tersesat Imbas Penebangan Liar
Langkah ini bertujuan untuk memunculkan kembali insting liar primata tersebut, seperti mampu mengidentifikasi makanan, hingga ancaman bahaya predator.
Pada tahap pra-pelepasliaran ini Hanin akan dipantau untuk mengukur seberapa siap dia kembali berbaur di habitat asli.
"Diharapkan mereka memiliki lagi insting liarnya, berjalan dengan baik, bisa mencari makan, bisa mengidentifikasi, mana bahaya, mana yang memang predator harus dijauhi. Sehingga nanti ketika dilepas liarkan ke rimba raya, mereka lebih bahagia, lebih gembira, seperti dikatakan tadi, itulah habitat mereka sesungguhnya," kata Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni saat melakukan pra-pelepasan Orangutan di Pulau Salat, Kalsel.
Raja Antoni mengatakan, Pulau Salat yang terletak di Sungai Loban merupakan suaka dan salah satu tempat sekolah bagi Orangutan.
Baca juga: Apa Kabar Pony Orangutan yang Dijadikan Budak Nafsu di Kalimantan dengan Bayaran Rp 38 Ribu?
Ia menyebut Pulau Salat jadi jalan pulang bagi primata ini kembali ke habitat sesungguhnya.
"Pulau Salat ini semacam menjadi jalan pulang bagi Orangutan setelah tadi direscue, dicek kesehatannya, biar masuk ke sekolah, sekarang masuk ke pra-pelepasliaran dan ini menjadi jalan pulang bagi Orangutan yang tentu berharap kembali ke habitatnya," jelasnya.
Ia menyatakan upaya pengembalian satwa-satwa rehabilitasi ke alam rimba jadi pesan pentingnya kesadaran pelindungan satwa dan lingkungan yang tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama elemen masyarakat.
"Sekali lagi turun ke lokasi seperti ini tidak hanya seremonial tapi secara pribadi saya juga tergugah, menjadi bahan evaluasi bagi saya untuk bekerja lebih baik, menjaga alam kita, menjaga keanekaragaman hayati kita dan menjaga hutan kita," pungkas Raja Antoni.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.