Peretas Korea Utara Bobol Kripto Axie Infinity Senilai 600 Juta Dolar AS
AS menduga peretas asal Korea Utara, Grup Lazarus menjadi pelaku utama dari aksi pembobolan kripto terbesar di dunia
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINTON – Departemen Keuangan AS menduga peretas asal Korea Utara, Grup Lazarus menjadi pelaku utama dari aksi pembobolan kripto terbesar di dunia, melalui software bridge yang digunakan dalam gim online Axie Infinity buatan Sky Mavis.
Melansir dari situs Coindesk, total kerugian yang ditimbulkan dari aksi perentasan ini diperkirakan telah mencapai 600 juta dolar AS. Pembobolan kripto yang dilakukan Grup Lazarus kemungkinan besar memanfaatkan dompet digital sebagai akses masuk untuk mengeksploitasi pengembang Ronin.
Baca juga: Apa Sih Aset Kripto, Bitcoin dan Blockchain Itu?
Aksi ini mulai diketahui publik pada Kamis (14/4/2022) setelah Departemen Keuangan beserta FBI melakukan penyelidikan khusus pada Grup Lazarus dan Advance Persistent Threat 38 usai mencuri 148.000 ETH.
Melalui pelacakannya, Departemen Keuangan AS mengungkap alamat yang tersemat dalam Grup Lazarus terdaftar dari Korea Utara.
Baca juga: Microsoft Berhasil Halau Hacker Rusia yang Incar Ukraina, Uni Eropa, dan Amerika Serikat
Dalam penyelidikan tersebut Departemen Keuangan AS juga menyebut Grup Lazarus menjalankan aksi perentasan pada aset kripto menggunakan bantuan Advance Persistent Threat 38, dengan menyamar menggunakan program jahat untuk mencuri dana pengguna.
Aksi pencurian ini bukanlah kali pertama yang dilakukan oleh Grup Lazarus, sebelumnya pada bulan lalu Axie Infinity juga pernah menjadi sasaran hacker Korea Utara ini, dengan merentas 173.600 ETH dan 25,5 juta USD Coin yang jika di total mencapai 625 juta dolar AS.
Tak sampai disitu pada tahun lalu, hacker ini diketahui juga telah meluncurkan sejumlah serangan terhadap platform kripto hingga keuntungannya mencapai 400 juta dolar AS. Biasanya dalam melancarkan aksinya ini Grup Lazarus akan memindahkan uang digital dari satu dompet peretas ke dompet lainnya.
Meski hingga saat ini Sky Mavis yang berbasis di Vietnam belum memberikan komentar apapun terkait perentasan ini namun Departemen Keuangan AS memperkirakan dana tersebut nantinya akan digunakan untuk pemalsuan barang atau mata uang hingga perdagangan narkotika yang mendukung Pemerintah Korea Utara.