CEO Wafat, Bursa Kripto Amber Bangkrut: Putus Kerjasama Sponsorship hingga PHK Staf
Krisis likuiditas yang tengah dialami Amber bahkan memaksa bursa kripto yang berbasis di Singapura ini untuk memutus semua kontrak sponsorship
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Sempat menjadi perusahaan aset digital yang bergerak di bidang perdagangan cryptocurrency terkemuka di Asia, Amber Group kini dilanda kebangkrutan usai wafatnya Co-founder Tiantian Kullander.
Kullander, yang masuk dalam peringkat bergengsi Forbes under-30 pada 2019 meninggal dunia pada 23 November. Tak disebutkan secara jelas penyebab kematian dari Kullander, namun pasca ditinggal CEO muda ini bursa pertukaran Amber mulai mengalami masalah keuangan.
Kabar ini menyeruak ke publik usai Amber kepergok mencari pendanaan dengan valuasi senilai 10 miliar dolar AS pada Mei lalu.
Baca juga: Kilas Balik Bursa Kripto FTX, Sebelum Bangkrut Sempat Sponsori Sejumlah Klub Bola
Krisis likuiditas yang tengah dialami Amber bahkan memaksa bursa kripto yang berbasis di Singapura ini untuk memutus semua kontrak sponsorship termasuk dengan klub bola Chelsea.
Kerjasama antara amber dan Chelsea mulai terjalin sejak 12 Mei 2022, dimana saat itu Amber Group menjadi bagian dari Official Sleeve Partner klub, dengan logo WhaleFin. Setelah mengguyurkan sponsor senilai 20 juta euro atau Rp 329 miliar (satuan kurs Rp 16.457).
Melalui sponsor ini Amber resmi menjadi Mitra klub Chelsea mulai musim 2022/23. Kemitraan ini juga memungkinkan Amber Group untuk memperkenalkan WhaleFin kepada penggemar Chelsea dan penggemar sepak bola di seluruh dunia yang menonton Premier League.
Sayangnya belum genap setahun mensponsori Chelsea, kemitraan Amber terpaksa dicabut. Tak hanya itu imbas dari membengkaknya utang perusahaan Amber juga turut memecat 400 dari sekitar 700 tenaga kerjanya.
Baca juga: Startup Chipper Cash yang Didukung Bursa Kripto FTX Dilaporkan PHK Banyak Karyawan
Perwakilan Amber Group hingga kini masih menyangkal isu kebangkrutan yang tengah dialami perusahaan, namun menurut informasi yang beredar Amber tengah menghadapi kemerosotan pendapatan sebesar 2 triliun dolar AS, sebagai imbas dari bear market serta kemunduran nilai koin kripto yang membuat Amber kehilang 100 ribu investor.
Menurut salah satu informan yang disembunyikan namanya, perusahaan Amber kini berencana untuk memindahkan ruang kantornya ke kawasan Hong Kong yang murah. Sementara untuk menekan pengeluaran para karyawan yang tersisa diizinkan untuk bekerja dari rumah atau Work From Home.
Sebelum dilanda kebangkrutan Amber yang merupakan perusahaan perdagangan aset digital, didirikan pada 2015 oleh mantan trader Morgan Stanley Tiantian Kullander, Wayne Huo, Tony He, dan Michael Wu, serta pengembang Bloomberg Thomas Zhu.
Berkat kesuksesan dan keuletannya, Amber sukses mencuri perhatian investor hingga berhasil mengumpulkan dana segar senilai 200 juta dolar AS pada Februari tahun ini dari putaran pendanaan yang dipimpin perusahaan investasi pemerintah Singapura Temasek Holdings, dengan partisipasi dari Sequoia China dan Tiger Global Management.
Baca juga: Pernah Didanai Temasek, Perusahaan Kripto Amber Group PHK Ratusan Karyawan
Kebangkrutan Amber lantas menambah daftar panjang daftar perusahaan kripto yang dilanda kebangrutaan seperti Coinbase, dan Bybit yang telah lebih dulu memangkas karyawan.