Diduga Jalankan Bisnis Kripto Ilegal, SEC Layangkan Surat Penyidikan ke Robinhood
Komisi SEC menuding plaform Robinhood secara diam-diam telah menjual aset sekuritas yang tak terdaftar dalam platformnya.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) melayangkan surat penyidikan pada Robinhood, usai platform jual-beli cryptocurrency ini dituding menjalankan bisnis ilegal.
Surat tersebut dilayangkan SEC tak lama setelah pihaknya menggelar investigasi atas kebangkrutan bursa kripto FTX. Komisi SEC menuding plaform Robinhood secara diam-diam telah menjual aset sekuritas yang tak terdaftar dalam platformnya.
Selain itu SEC menduga Robinhood masih menyembunyikan aset kripto milik mantan CEO FTX Bankman-Fried yang saat ini menjadi tahanan rumah atas kasus penipuan.
Baca juga: Setahun Invasi Rusia, Sumbangan Kripto ke Ukraina Mencapai 70 Juta Dolar AS
Alasan ini yang mendorong SEC untuk mengambil sikap keras terhadap industri aset kripto dengan tujuan untuk mencegah keruntuhan aset digital, mengingat di tahun 2022 silam sejumlah aset seperti Bitcoin hingga Ethereum terus mencatatkan penurunan harga akibat kebangkrutan bandar kripto.
Lewat surat penyelidikan yang dilayangkan SEC, Robinhood diwajikan hadir di kantor Kejaksaan Agung California untuk mengikuti proses investigasi dan penyidikan terkait penjualan aset kripto.
Sebelum mendapat surat penyelidikan, Robinhood sempat menegaskan bahwa perusahaannya hanya memiliki 18 aset cryptocurrency di platform perdagangannya, termasuk Bitcoin, Ethereum, dan Dogecoin.
“Kami tidak memiliki tambahan apa pun untuk dibagikan di sini selain yang ada dalam pengajuan,” kata juru bicara Robinhood kepada Decrypt.
Namun, hal tersebut tak lantas membuat SEC percaya, SEC menilai Robinhood menyembunyikan aset kripto terdaftar untuk dijual ke para investor.
Munculnya tudingan ini lantas memicu serangkaian tekanan pada Robinhood, hingga saham perusahaan mengalami penyusutan tajam dan membukukan kerugian selama beberapa hari terakhir.
Menambah kerugian di kuartal sebelumnya dimana saat itu Robinhood sempat tersandung banyak masalah seperti krisis likuiditas. Hingga terancam jatuh ke jurang kebangkrutan dan terpaksa melakukan pemangkasan hubungan kerja (PHK) terhadap 700 pegawai.
“Sepanjang kuartal 4 tahun 2022, pendapatan kuartalan kami turun 11 persen menjadi 186 juta dolar AS. Berbanding jauh apabila dibanding dengan tahun sebelumnya,” jelas Vlad Tenev, co-founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Robinhood, pada akhir tahun lalu.