Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Otomotif

Mobil Nasional? "Itu Mimpi Buruk!"

Grup Indomobil pernah berpartisipasi di proyek mobil nasional yang diinisiasi oleh mendiang almarhum Presiden Soeharto dengan meluncurkan MR90.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in Mobil Nasional?
Paultan
Proton Ertiga 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh otomotif senior yang juga komisaris PT Suzuki Indomobil Sales, Subronto Laras berpendapat, sulit bagi Indonesia mewujudkan proyek mobil nasional.

Berbekal pengalaman di masa lalu, pelaku industri otomotif nasional gagal mewujudkan gagasan bisa memproduksi mobil yang sepenuhnya dihasilkan oleh orang Indonesia.

Indomobil sendiri yang bisnis otomotifnya di Indonesia dirintis oleh Subronto Laras sejak 40 tahun lalu, sudah kapok membuat mobil nasional.

Menurut Subronto, tanpa harus membawa embel-embel proyek mobil nasional, Indomobil lewat PT Suzuki Indomobil Sales, berhasil mengekspor Ertiga ke Malaysia yang oleh Proton Berhad sebagai importirnya, kemudian di-rebadge dengan nama Proton Ertiga.

"Sekarang gini, lebih baik jangan mimpi. Atau ditanyakan ke Pak Jokowi aja. Buktinya kita ekspor Ertiga kemarin ke Malaysia. Yang impor Ertiga dari Indonesia kan Proton," kata Subronto Laras kepada awak media di sela peluncuran motorsport terbaru Suzuki, All New Satria F150 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Selasa (16/2/2016).

Grup Indomobil pernah berpartisipasi di proyek mobil nasional yang diinisiasi oleh mendiang almarhum Presiden Soeharto dengan merakit dan meluncurkan mobil hatchback 5 penumpang, MR90, dan Baby Boomer yang menggunakan basis dan teknologi dari Mazda di pertengahan 1990-an.

Namun, mobil tersebut kurang berhasil diterima pasar. Selain itu juga karena faktor tarif pajak barang mewah saat itu yang terbilang tinggi. Mencapai 30 persen.

"Kita sih sudah kapok bikin mobnas. Bangkrut kan. Sudahlah jangan membangunkan mimpi yang buruk. Dulu kan waktu itu bikin MR90 itu kan hatchback, terus ada minibus Kijang, terus ada Suzuki. Ini saya bilang, ini mobil sedan kena pajak barang mewah 30 persen. Waktu itu minibus (pajaknya) masih nol persen. Waktu saya bilang ke Pak Menteri (Perindustrian), dia bilang oke. Sudah dibicarakan ke Pak Harto, sudah setuju 0 persen, Jadi (pajak) mobilnya bukan nol persen, tetap 30 persen," kata Subronto Laras.

BERITA REKOMENDASI

Untuk merintis kembali proyek mobil nasional, menurut Subronto Laras cukup sulit, jika tanpa ada dukungan serius dari pabrikan otomotif yang teknologi otomotifnya kuat.

"Sekarang, yang (mau) membantu siapa? Sekarang mesti ada yang membantu dari pabrikan yang punya teknologi. Dulu saya sempat mau bikin (mobil nasional). Nama mobilnya namanya Indomobil, itu pakai Simitar Engineering dari Inggris. Mesinnya Suzuki, tapi bodinya adalah Lohal. Namanya Indomobil. Problemnya, akhirnya kita belajar, (ternyata) tak segampang itu (bikin mobil nasional)," kenang Subronto Laras.

"Untuk mendapatkan izin (standar) keselamatan, emision control, itu aja kira-kira 15 juta dolar AS ketika itu. Ya bye-bye deh (impian punya mobil nasional)," cetusnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas