Kisah Muhammad Fadli, Diamputasi Kaki Kirinya Usai Kecelakaan di Balapan ARRC 2015 Sentul
Fadli mengatakan kejuaraan balap motor ARRC tahun 2015 silam tersebut meninggalkan kenangan.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan pebalap motor Indonesia, Muhammad Fadli Immammudin, menyebut pernah mengalami kecelakaan fatal selama kariernya di balap motor. Nasib apes itu dia dapatkan saat membalap di ajang Asia Road Racing Championship (ARRC), di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Fadli, sapaannya, mengatakan kejuaraan balap motor ARRC tahun 2015 silam tersebut meninggalkan kenangan.
Kaki kirinya terluka saat bertabrakan dengan pembalap motor asal Thailand.
"Karena tidak ada perkembangan signifikan terhadap kaki kiri saya. Setelah enam bulan, saya memberanikan diri untuk amputasi kaki kiri saya. Akhirnya saya telepon dokter, 'dok, saya mau amputasi.' Dan dokternya pun kaget. Saya sebenarnya mau menyarankan itu, tapi saya tidak tega," kata Fadli, pada acara 'GIIAS x Blibli.com Ajang Inspirasi bagi Penggiat Otomotif di Era Digital', di Dhonika Cafe, Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, Sabtu (29/6/2019).
Fadli melanjutkan, setelah kaki kirinya diamputasi dia harus belajar jalan lagi.
Baca: Perbandingan Durasi Pertemuan PM Shinzo Abe dengan Kepala Negara Lain, dengan Jokowi Hanya Semenit
Semula, sambungnya, dia ingin menggunakan kaki palsu lantaran dipikir bisa langsung bisa jalan.
Sayangnya, kata Fadli, pikiran semulanya kurang tepat.
Fadli harus menggunakan tongkat terlebih dulu.
Baca: YouTuber Komplain Peyek Cetar Ala Syahrini Setoples Rp 200 Ribu, Terbengong-bengong Saat Unboxing
"Intinya habis amputasi, saya pikir langsung selesai masalah, ternyata saya harus latihan jalan lagi. Ada pembengkakan juga karena habis operasi, jadi saya harus mengeringkan juga selama dua minggu sampai dua bulan. Dan selama itu saya harus berjuang untuk berjalan," jelas Fadli.
"Jadi, saya beli kaki palsu dan saya pikir, dengan menggunakan kaki palsu sudah dapat langsung jalan, ternyata tidak. Harus pakai tongkat dulu," sambungnya.
Baca: Kasus Penghinaan Bau Ikan Asin, Fairuz A Rafiq Tolak Berdamai, Galih Ginanjar Harus Masuk Bui
Kendati demikian, semangat Fadli takkan padam lantaran setelah dua minggu kecelakaan anak pertamanya lahir ke dunia.
Sebab itu, kata Fadli, kelahiran anaknya ini menjadi penyemangat yang sangat ampuh.
"Anak saya juga termasuk jadi penyemangat saya. Karena pada saat kecelakaan, dua minggu kemudian anak saya lahir, jadi saya berlomba-lomba nih sama anak saya. Jangan sampai keduluan anak saya jalan. Jadi apapun dalam hidup, saya jadikan motivasi dan kompetisi. Jadi, anak saya pun saya jadikan lawan saya sendiri bagaimana caranya saya jangan sampai kalah," imbuh Fadli.
Baca: Babak Baru Kasus Mutilasi Karoman, Kepala, Tangan Belum Ditemukan, Keluarga Minta Keadilan Presiden
"Akhirnya, pada saat saya satu tahun kemudian, saya sudah bisa lepas tongkat dan bisa jalan. Sebulan kemudian, anak saya sudah bisa menyusul bisa jalan. Jadi saya yang menang dong," lanjut Fadli sambil tersenyum.
Sempat Minder, Lalu Bangkit
Fadli melanjutkan, dirinya pernah merasa minder saat pertama kali kakinya diamputasi.
Baca: Sikap MUI Tentang Kasus Wanita yang Bawa Anjing ke Dalam Masjid dan Kini Dilapor dengan 3 Tuduhan
"Sempat malu dan segala macam kan, kita tidak punya harta sesuatu saja kita kadang-kadang malu. Apalagi tidak punya anggota badan yang tidak sempurna dan lebih malu lagi. Apalagi kita bukan dari awal lahir yang dulu sebelumnya ada, terus tiba-tiba tidak ada yang kita tidak bisa tuh dengar omongan orang," tutur Fadli.
"Ada yang bilang 'ih kasihan ya dulu nomal sekarang seperti itu.' Nah, itu yang harus kita lawan. Saya dua minggu tidak ketemu orang, ketika orang mau jenguk, saya bilang tidak usah ke istri saya, bilang saja lagi tidur. Itu adalah mental saya lagi drop-dropnya," sambungnya.
Pikiran Fadli pun terkoyak. Enggan menemui orang selain istri dan keluarganya.
Tapi, Fadli mendapat dukungan dari istri dan keluarganya agar bangkit dan kembali seperti semula.
"Saya setelah itu berpikir lagi, mau sampai kapan seperti itu. Saya punya anak yang akan tumbuh dewasa. Kalau saya minder, nanti anak dan istri saya akan imbasnya juga. Jadi untuk membangkitkan itu, saya sangat bersyukur ada istri ada orangtua dan anak yang secara tidak langsung menyemangati saya. Ada teman-teman juga yang support buat saya, apalagi sekarang ada sosial media ya," ucap Fadli.
"Itu juga termasuk bagian yang mendukung saya. Ketika ada semangat dari teman-teman harus kita jadikan masukkan buat kita agar lebih baik lagi," pungkasnya.