Bukan Hal Mustahil, Pengamat: Indonesia Bisa Jadi Raja Baterai Dunia
Pengamat sebut Indonesia bisa jadi pemain besar di industri baterai untuk kendaraan mobil listrik maupun sistem penyimpanan listrik.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyatakan Indonesia memiliki cadangan bahan baku nikel yang cukup besar sebagai satu di antara bahan baku utama produksi baterai.
Hal itu, menurutnya, bisa membuat Indonesia menjadi pemain besar di industri baterai untuk kendaraan mobil listrik maupun sistem penyimpanan listrik.
“Langkah strategis yang harus dilakukan ke depannya termasuk oleh BUMN di mana setahu saya Pertamina, PLN, Inalum sudah mempersiapkan juga sudah bekerja sama dalam suatu konsorsium dalam rangka industri baterai ini ke depannya,” ujar Mamit saat dikonfirmasi, Selasa (9/02/2021).
Mamit optimis terhadap mimpi besar itu bukan hal yang mustahil terlaksana, tinggal bagaimana implementasi dan pelaksanaan dari roadmap itu sendiri, sehingga bisa tercapai dan terealisasi kedepan.
“Bukan hal yang mustahil kalau mimpi itu bisa tercapai dan dibandingkan dengan negara lain, keuntungan dari sumber daya ini saya kira bukan hal yang mustahil dan mengada-ada,” ungkapnya.
Baterai dan mobil listrik
Dia menambahkan Kementerian BUMN kini juga tengah mendekati sejumlah perusahaan asing pemain utama baterai dan mobil listrik kelas dunia untuk berinvestasi.
Ini dilakukan untuk mewujudkan impian memproduksi kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir di Tanah Air.
“Apalagi kalau tidak salah, pemerintah rencana akan mengundang LG, untuk berinvestasi. Bahkan Tesla pun katanya berminat untuk melakukan investasi di Indonesia untuk kendaraan listrik, terutama untuk baterai,” beber Mamit.
Baca juga: Enam Tips Menjaga Gas Buang Kendaraan Tetap Baik dan Lolos Uji Emisi
Dengan begitu, jika perusahaan-perusahaan luar negeri itu jadi menanamkan modalnya, maka perlu ada penguatan pelibatan terhadap perusahaan BUMN agar berperan secara signifikan di dalamnya.
Dan bukan tidak mungkin Indonesia tidak hanya bisa memproduksi baterai saja, melainkan dapat memproduksi kendaraan listrik sendiri dengan merek lokal buatan dalam negeri.
“Harapan saya ke depan, di samping jadi raja baterai, bagaimana kita juga bisa mengembangkan industri listriknya sendiri di sini dan bisa menjadi lebih besar lagi dan bukan hanya merek-merek luar, mungkin ke depan harusnya merek-merek lokal bisa berpartisipasi dalam kendaraan listrik terutama BUMN,” tandasnya.
Roadmap
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah kepemimpinan Erick Thohir menargetkan penggarapan proyek baterai kendaraan listrik di dalam negeri dapat menjadikan Indonesia raja baterai dunia.
Proyek itu akan melibatkan Inalum atau MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero).
Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah sedang menyusun peta jalan (roadmap) pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik hingga 2027 mendatang.
Hentikan pembicaraan
Sementara itu, perusahaan teknologi Apple dikabarkan telah menghentikan pembicaraan dengan Hyundai terkait kerjasama untuk memproduksi mobil listrik.
Menurut laporan dari Gizmochina yang dikutip, Selasa (9/2/2021), Apple menghentikan sementara semua diskusi dengan Hyundai terkait produksi mobil listrik.
Belum diketahui kenapa Apple menghentikan sementara pembahasan kerjasama dengan Hyundai terkait memproduksi mobil listrik.
Tetapi menurut informasi yang tersebar di dunia maya, Apple menghentikan diskusi dengan Hyundai karena sedang melakukan pembicaraan terkait produksi mobil listrik dengan perusahaan lain.
Kabarnya, Apple tengah melakukan pembicaraan dengan enam perusahaan asal Jepang untuk meneruskan ambisinya dalam memproduksi mobil listrik dengan logo Apple.
Apple Car
Sebelumnya, Hyundai dengan terang-terangan mengatakan sedang melakukan pembicaraan untuk memproduksi Apple Car.
Dalam kerjasama itu, Hyundai menyebutkan akan memproduksi kendaraan listrik Apple Car di Amerika Serikat dengan membuka pabrik di Georgia.
Pabrik tersebut pun diproyeksi dapat memproduksi 100.000 mobil hingga 2024. Kini, pembicaraan terkait produksi mobil tersebut pun terhenti begitu saja.
Dari pembicaraan tersebut pun tidak menghasilkan kesepakatan apapun baik dari pihak Hyundai dan Apple. (Tribunnews.com/Reynas Abdila/Hari Darmawan)