Ini Pemicu Batalnya Merger Honda dan Nissan, Dua Raksasa Otomotif Jepang
Proposal Honda untuk menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan dianggap sebagai pukulan yang tidak dapat diterima
Editor: Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Terungkap pemicu batalnya merger antara kedua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan Motor Co Ltd.
Seorang sumber industri otomotif Jepang yang dikutip oleh Tribunnews.com menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pandangan yang tidak dapat dijembatani antara kedua perusahaan.
"Selama diskusi berlangsung, muncul jurang pemisah yang dalam antara Honda dan Nissan. Sebagai syarat merger, Honda menuntut Nissan untuk melakukan restrukturisasi manajemen.
Namun, Nissan merasa langkah-langkah yang telah mereka ambil sudah cukup. Mereka juga kecewa dengan lambatnya pengambilan keputusan dalam manajemen mereka sendiri," ungkap sumber tersebut, Kamis (13/2/2025).
Sebelumnya President dan CEO Honda serta Nissan Motor Co., Ltd. menggelar konferensi pers terpisah untuk mengumumkan bahwa pembicaraan merger antara kedua raksasa otomotif Jepang tersebut resmi dihentikan.
"Keputusan ini diambil dalam rapat dewan direksi masing-masing perusahaan, sehingga rencana integrasi bisnis yang semula direncanakan tidak terwujud," katanya.
Baca juga: Batal Merger dengan Honda, Nissan Incar Foxconn Jadi Mitra Pengembangan EV
Salah satu faktor utama yang memperlambat pengambilan keputusan di Nissan adalah jumlah direksi yang terlalu banyak.
"Bagaimana bisa mengambil keputusan dengan cepat dan efektif jika jumlah direksi yang memiliki hak suara mencapai lebih dari 50 orang? Hal ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan sebesar Nissan," tambahnya.
Untuk memperkuat kendali manajemen, Honda mengajukan proposal untuk menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan sepenuhnya.
Honda bahkan mengancam akan menghentikan negosiasi jika permintaan tersebut, termasuk perampingan jumlah direksi, tidak diterima.
Di sisi lain, Nissan awalnya setuju untuk melakukan integrasi bisnis yang dipimpin oleh Honda.
Namun, proposal Honda untuk menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan dianggap sebagai pukulan yang tidak dapat diterima.

Akibatnya, pembicaraan merger akhirnya kandas.
Dalam pernyataan resminya, kedua perusahaan menyebutkan bahwa penundaan implementasi integrasi bisnis dinilai sebagai langkah yang tepat untuk memprioritaskan kecepatan pengambilan keputusan dan penerapan strategi manajemen.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.