Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ciptakan 'Wayang Papua', Seniman Jogja Ingin Jembatani Budaya Papua Menembus Indonesia

Seniman asal Jogja, Lejar Daniartana Hukubun (30) menciptakan sebuah karya seni 'Wayang Papua'untuk dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Ciptakan 'Wayang Papua', Seniman Jogja Ingin Jembatani Budaya Papua Menembus Indonesia
Tangkap Layar Sonora FM
lejar Seniman Wayang Papua 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang seniman, Lejar Daniartana Hukubun (30) menciptakan sebuah karya seni yang ia beri nama 'Wayang Papua'.

Karya ini dibuat oleh Lejar sebagai representasi dari kebudayaan Papua untuk dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Hal tersebut diungkap langsung oleh Lejar saat wawancara daring dalam Program Pesona Indonesia kerjasama dengan Bentara Budaya Jakarta pada YouTube channel Sonora FM, Jumat (4/6/2021).

Lejar mengungkapkan, Wayang Papua diharapkan dapat menjadi media seni yang dapat menjembatani antara kebudayaan Papua dengan kebudayaan Indonesia lainnya.

Baca juga: Wayang pada Tumbler Edisi Khusus, Hasil Kreativitas Ilustrator Ayang Cempaka

Baca juga: Majukan Industri Kreatif di Pacitan, Peneliti ISI Surakarta Rancang Souvenir Berbasis Wayang Beber

Lebih jauh lagi, Lejar berharap Wayang Papua dapat mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia atas beragamnya budaya.

Sehingga, setidaknya karya ini dapat menjadi sebuah media pembawa perdamaian bangsa.

"Wayang Papua selain menjadi media seni, juga pembawa perdamaian dengan menjadi jembatan kebudayaan," terang Lejar.

Berita Rekomendasi

Latar Belakang Karya

Seniman berdarah campuran Jogja dan Maluku ini memiliki ikatan emosional dengan Papua.

Dirinya lahir dari seorang ibu yang berasal dari Jogja, sementara ayahnya dari Maluku.

Namun sang ayah tumbuh dan besar di Merauke.

Sehingga, Lejar sangat akrab dengan kehidupan dan budaya orang-orang Papua.

Wayang Papua ini tercipta berawal dari kegelisahan Lejar terhadap presepsi orang tentang kebudayaan Papua.

Baca juga: Kepada Gibran, Budayawan Solo Usul Gedung Wayang Orang Sriwedari Diperbaiki dan Lebih Modern

Lejar menilai, hingga saat ini masih banyak orang yang kurang paham, bahkan juga keliru terhadap kebudayaan Papua.

Hal tersebut disadari Lejar, mengingat minimnya informasi yang diterima masyarakat.

Orang-orang secara umum tidak menyadari jika Papua memiliki kekayaan budaya dan tradisi tersendiri.

"(Awalnya saya) menyadari presepsi orang tentang Papua sering kali keliru, terlebih informasi yang diterima hanya ada satu arah. Orang tidak menyadari kalau Papua memiliki kekayaan budaya dan tradisi tersendiri," kata Lejar.

Sehingga dirinya ingin memberikan informasi bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat Papua, termasuk kisah-kisah yang tersembunyi dibaliknya.

"Saya ingin memberikan informasi kehidupan dan kebudayaan Papua," terang Lejar.

Baca juga: Gabungkan Wayang dengan Sinematik, Pertunjukan Shri Rajasa Sang Amurwabhumi Siap Digelar Bulan Depan

"Papua memiliki kisah-kisah tersembunyi pada faktor yang berada di tengah masyarakat."

"Kekayaan ini yang sekarang bewujud Wayang Papua, yakni sebuah karya yang menghadirkan kisah Papua kepada masyarakat umum," terang Lejar.

Penciptaan Karya

Lejar menciptakan Wayang Papua dengan melakukan peralihan dari sastra lisan menjadi seni pertunjukan.

Sastra lisan yang dimaksud yaitu merupakan kembangan dari cerita-cerita rakyat warga Papua, yakni suku Malind.

Dari cerita tersebut, Lejar lantas merepresentasikannya kedalam sebuah pertunjukan wayang.

"(Awalnya) saya membuat buku cerita rakyat dari Merauke dan dikembangkan menjadi yang baru (Wayang Papua)," terang Lejar.

Diketahui, Lejar menciptakan karya ini untuk tugas akhirnya sebagai syarat kelulusan pendidikan pascasarjananya di Institus Seni Indonesia Yogyakarta.

Berbeda dengan wayang yang biasa dijumpai di Jawa, Wayang Papua memiliki ciri khas tersendiri.

Lejar mengatakan, karyanya ini merupakan penggambaran dari sosok-sosok orang Papua, yakni memiliki rambut keriting, kulit gelap, dan membawa barang-barang yang digunakan untuk berburu.

"Ciri khasnya, saya mengamati orang Papua, biasanya rambutnya keriting, tubuh besar, mereka juga suka berburu, ada tempat panah, ditangannya ada panah, lalu ada tas anyaman dari Papua, lalu saya gabungkan konsep ini (dengan kebudayaan Jawa)," ujar seniman asal Jogja ini.

Lejar mengaku karya ini sebagai representasi dari dirinya sendiri.

"Dan juga (karya ini) representasi diri saya yang (keturunan) Jawa dan Papua," tambah Lejar.

Konsep besarnya adalah menggabungkan dua hal berbeda.

Diungkap Lejar, mengutip pernyataan Steve Jobs oleh Dwi Mariyanto, Lejar meyakini bahwa menggabungkan dua hal berbeda akan melahirkan hal yang baru.

Dua hal berbeda ini cukup terwakili dari perbedaan suku antara ayah dari Papua dan ibu dari Jawa.

Dirinya juga mengaku terinspirasi dari Sukasman, pembuat wayang ukir.

"Terinspirasi Bapak Sukasman yang membuat wayang ukir."

"Jadi awal membuat saya meng-sketsa yang berbeda dengan mereka, lalu membuat wayang sesuai imajinasi saya," ucap Lejar.

Pembuatan wayang dapat diaplikasikan ke berbagai media, baik dengan menggunakan media kulit, plastik, dan karton.

Sementara, untuk menatah dan mewarnai wayang, Lejar meminta bantuan pengrajin dari Desa Wisata Wayang Pucung, Jalan Imogiri Timur KM 14, Dengkeng, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kalau dari bentuk saya terinspirasi dari seniman tersebut."

"Tapi saya imajinasikan sendiri. Untuk natah dan mewarnai (wayang), saya minta tolong pengrajin dari Pucung," ucap Lejar.

Hingga saat ini, sudah ada 12 karakter Wayang Papua yang dibuat oleh Lejar.

Dari proses penciptaan karya seninya ini, Lejar pernah diminta untuk memamerkan karyanya di beberapa galeri di Indonesia.

Tak hanya itu, bahkan bersama Wayang Papua, Lejar pernah melakukan pameran di Hongaria, Eropa.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas