Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pengalaman Para Pencari Donor, Sulitnya Mencari Plasma Konvalesen

Ketersediaan plasma konvalesen kini tak sebanding dengan jumlah permintaanya, ini dia kisah sulitnya mencari donor plasma di Indonesia.

zoom-in Kisah Pengalaman Para Pencari Donor, Sulitnya Mencari Plasma Konvalesen
Ilustrasi Parapuan Foto 2021-07-25 00:00:20 

Parapuan.co - Plasma konvalesen kini menjadi salah satu barang langka yang begitu dicari.

Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu harapan kesembuhan bagi pasien Covid-19 yang bergejala berat.

Tak hanya bergantung pada ventilator, sebagian para pasien Covid-19 juga membutuhkan bantuan donor plasma konvalesen.

Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu harapan kesembuhan bagi pasien Covid-19 yang bergejala berat.

Sayangnya, kini mencari bantuan untuk terapi plasma konvalesen ini semakin sulit.

Di mana ketersediaannya tidak sebanding dengan jumlah permintaannya.

Berita Rekomendasi

Selain pemberian obat antivirus dan vitamin, terapi plasma konvalesen menjadi alternatif untuk memerangi Covid-19.

Antibodi orang yang sudah sembuh dari infeksi Covid-19 diharapkan bisa membantu orang yang masih sakit.

Tak heran jika plasma konvalesen menjadi barang yang paling dicari saat ini.

Hampir setiap hari di media sosial beredar pesan permohonan donor plasma konvalesen yang dikirimkan oleh keluarga, teman, atau kerabat pasien.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Pengobatan Covid-19, Apa Itu Terapi Plasma Konvalesen?

Sementara para pasien sendiri terbaring lemah di rumah sakit menanti datangnya bantuan.

Kesulitan mencari donor plasma sempat dialami oleh Diah Kumalasari, yang mencari donor plasma konvalesen untuk adiknya.

Diah mencari donor plasma untuk sang adik pada akhir tahun 2020 lalu.

Adiknya yang memiliki komorbid telah 3 minggu berada dirawat di ICU RS Dr. Oen Solobaru.


Diah lalu mengerahkan segala cara untuk mendapatkan pendonor, di mana kala itu masih belum banyak orang tahu soal donor plasma konvalesen seperti saat ini.

Penyintas Covid-19 kala itu pun masih sedikit sehingga membuat Diah cukup kesulitan.

"Susah sih emang cari donor plasma. Apalagi waktu itu Covid belum sebanyak sekarang dan masyarakat masih menutup diri, dianggap Covid itu seperti aib. Jadi bener susah untuk tahu siapa yang bisa dimintain tolong donor," aku Diah.

Hingga akhirnya ia pun meminta bantuan adik kelasnya yang merupakan salah satu koordinator relawan Darah Untuk Kita (DATA) di Solo.

Baca Juga: Tak Hanya Covid-19, Orang Tua Wajib Waspadai Kasus DBD pada Anak

Diah akhirnya berhasil mendapatkan 3 calon pendonor, sayangnya hanya satu yang kala itu lolos.

"Ada 3 calon yang menghubungi saya bersedia untuk donor. Akhirnya ketiganya dites titer di PMI. Ternyata yang cocok cuma satu.  Alhamdulillah setelah dapet plasma kondisi adik saya semakin membaik," ujarnya.

Perempuan asal Solo ini pun mengaku membutuhkan kurang lebih dua hari hingga akhirnya mendapatkan pendonor.

Selain sulit mencari pendonor, Diah menyebutkan kendala juga muncul dari sulitnya menghubungi pihak PMI.

"Saya kontak dokter PMI tapi nggak ada respons. Dikasih 3 nomer waktu itu yang balas cuma 1 dan sedang di Salatiga posisinya. Jengkel sih saya. Apa gunanya mereka pasang hotline kalau kami chat nggak dibalas kami telepon nggak diangkat," terang Diah.

Meski begitu, Diah bersyukur akhirnya adiknya sudah tertolong. Ia pun memberikan pesan dan dukungan pada mereka yang kini tengah berjuang mencari pendonor plasma.


"Alhamdulillah banget pokoknya banyak ditolong orang2 baik.

"Never give up! Kita semua tau plasma skr barang langka dan tak ternilai.. Tapi jangan beranggapan plasma adl segala-galanya. Tanpa plasma bukan berarti dunia berakhir.

"Kalau dari pengalaman adik saya, kuncinya adalah HAPPY. Berserah tp bukan pasrah mbak. Menikmati semua proses dengan syukur. Meski dalam kondisi megap-megap karena kurang O2 tetep bersyukur masih bisa napas.

"Fokus sama keluarga dan orang-orang yang dicintai juga nambah semangat untuk survive. Yakin Allah itu sangat dekat dan mujizat-Nya nyata. Seperti ketika adik saya sembuh, dokter bilang ini mujizat," pungkasnya.

Baca Juga: Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan pada Anak

Cerita serupa juga dimiliki Hermin Hartantyo yang berburu donor plasma untuk ayahnya yang sudah berusia 88 tahun pada bulan April lalu.

Hermin juga berusaha mengerahkan seluruh keluarganya untuk mem-blasting pesan berantai terkait permintaan donor untuk ayahnya, termasuk menghubungi relawan DATA di Solo.

Ia juga sempat bolak-balik ke PMI untuk membawa para calon pendonor namun beberapa terpaksa gagal karena tak lolos hasil tes screening-nya.

Beruntung, Hermin bisa mendapatkan bantuan donor plasma sehari kemudian.

"Proses pencarian sampai akhirnya dapet pendonor, Alhamdulillah kami dimudahkan cuma 1 hari langsung dapet. Itu karena semua ikut bergerak, kami biasa koordinasi dalam kerja dan keluarga, tenang dan tidak panik dan tentunya yang utama karena bantuan dari Allah SWT," ujar Hermin.


Baca Juga: Jadi Salah Satu Silent Killer pada Anak, Cegah dengan Imunisasi Pneumonia

Kondisi ayahnya pun berangsur membaik dan stabil setelah mendapatkan donor plasma dan menjalani terapi plasma konvalesen itu.

Menurut Hermin, salah satu kendalan sulitnya mencari donor plasma adalah sebagian pendonor hanya mau memberikan plasma untuk orang yang dikenalnya.

"Kebanyakan mereka mau menolong karena masih ada ikatan saudara atau teman, Kalau  nggak kenal mereka ogah," ujar perempuan berusia 48 tahun itu.

Sekantong plasma adalah harapan untuk sesama. Jika kawan puan adalah seorang penyintas dan memenuhi syarat jangan ragu untuk membantu.

Kawan Puan bisa langsung menghubungi Palang Merah Indonesia (PMI) di tempat kamu tinggal.

(*)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas