KIPP Cemaskan Tingginya Angka Golput
Situasi ini merupakan akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap para pemimpin yang dipilih
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesta demokrasi Indonesia yang akan digelar dalam hitungan bulan ke depan dianggap suatu wadah yang seharusnya paling dinanti masyarakat di Indonesia.
Kendati itu, wadah perjuangan, bukan hanya masalah normatif, melainkan lingkup yang lebih makro, yaitu bicara tentang Indonesia dan segala permasalahan multi dimensi yang menyelimuti bangsa ini dalam lima tahun ke belakang.
"Sebagai masyarakat tentu punya harapan terhadap pemilu ke depan yang akan menghasilkan wakil rakyat, Presiden dan Wapres yang memperhatikan kesejahteraan mereka," kata Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jakarta Yudho Negoro di Jakarta, Jumat (24/1/2014).
Selain itu, menurutnya, civil society juga mempunyai peran penting agar pemilu berlangsung jujur, adil, aman dan damai, sehingga dapat menghasilkan suksesi kepemimpinan sesuai keinginannya tadi.
Di sisi lain, ujarnya, persoalan yang selalu muncul disetiap Pemilu yaitu Golongan Putih (golput). Situasi ini menurutnya merupakan akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap para pemimpin yang dipilih serta janji-janji politik yang tidak pernah di relalisasikan, hal ini salah satu alasan golongan putih tersebut selalu muncul.
Menurut dia, hal itu disebabkan adanya faktor kaderisasi partai yang dianggap kurang , bahkan cenderung diabaikan oleh parpol yang juga turut andil dalam kondisi tersebut."Tidak adanya sosok pemimpin dari kandidat parpol yang bisa mewakili aspirasi rakyat menjadikan angka golput-pun terus bertambah," ujarnya.
Negoro meyakini segala usaha akan dilakukan parpol untuk mencapai kuota dalam mendapatkan kursi di parlemen. Begitu juga berbagai usaha pun telah di upayakan oleh KPU untuk mengurangi angka golput di setiap Pemilu.