PDIP: Pendapat Profesor Hamdi Muluk Soal Jokowi Bertendensi Memecah-belah Partai dan Kader
Tjahjo Kumolo menganggap Hamdi Muluk tidak etis, soal pernyataan yang mengatakan Jokowi hanya dijadikan alat bagi PDI-P
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo menganggap Hamdi Muluk tidak etis, soal pernyataan yang mengatakan Jokowi hanya dijadikan alat bagi PDI-P.
"Pendapat Profesor Hamdi Muluk menurut saya kurang etis. Pendapat ditunjukkan dari seorang intelektual yang tendensinya memecah partai dengan kadernya," kata Tjhahjo, Minggu (2/3/2014).
Tjahjo menjelaskan, apa yang dilakukan oleh Jokowi tak memiliki tendensi apapun selain menjalankan amanat partai. Adapun PDI Perjuangan, sirat Tjahjo, mengamanatkan ke setiap kadernya, termasuk Jokowi, untuk mengangkap aspirasi rakyat secara langsung.
"Sebagai kader partai, siapapun kalau ditugaskan oleh partai selalu harus siap. Tidak ada pimpinan partai mencederai memermalukan apalagi mengibuli kader terbaiknya apalagai partai mengkibuli rakyat," ujarnya lagi.
Seperti diberitakan Tribunnews.com, masuknya nama Gubernur DKI Jakarta Jokowi sebagai juru kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dianggap hanya memanfaatkan popularitas mantan Wali Kota Solo tersebut, agar PDI Perjuangan bisa meraih suara optimal di pemilu legislatif (pileg) 2014.
Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan elektabilitas PDIP bisa terdongkrak jika mengumumkan Jokowi sebagai calon presiden sebelum hari pencoblosan Pileg. Namun bila tidak diumumkan sebelum Pileg, belum tentu suara PDIP terdongkrak.
"Jokowi hanya juru kampanye saja toh, dan belum tentu calon Presiden. Katakan saat pileg PDIP dapat 24 persen suara. Tiba-tiba capresnya bukan Jokowi. Masyarakat akan marah, merasa dikhianati," papar Hamdi kepada Tribunnews.com, Sabtu (1/3/2014).
"Maksud profesor Hamdi Muluk yang saya tahu seorang intelektual yang memp prinsip dnan integritas. Kok jadinya begitu pandangannya? Disayangkan memang, tapi biarlah masyarakat yang menilainya," kata Tjahjo.
Jokowi, ujar Tjahjo, adalah kader yang baik. Seorang kader yang konsisten. "Beliau bisa bagi waktu untuk tugas utama sebagai Gubernur DKI dan hari libur, sepanjang tidak ada kegiatan di Jakarta, beliau menyisihkan waktu untuk melaksanakan tugas partai," ujar Tjahjo.
"Ini patut ditiru oleh siapapun kader partai dan dipahami para pengamat, bukannya memecah belah partai dan kadernya," pungkas Tjahjo Kumolo.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.