Siswanto Bikin Spanduk Kampanye Pakai Karung Bekas
Siswanto (41), tak bakalan bisa mencontoh rekannya sesama caleg yang memiliki banyak uang untuk dipakai berkampanye.
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Siswanto (41), mungkin tak bakalan bisa mencontoh rekannya sesama calon anggota legislatif (caleg) yang memiliki banyak uang untuk dipakai berkampanye.
Maklum saja, Siswanto adalah caleg alit atau miskin. Namun, kondisi itu tak membuatnya patah semangat untuk merebut satu kursi DPRD Lamongan.
Pria yang maju lewat Partai Amanat Nasional ini, punya cara murah membuat baliho yang menjadi alat peraga kampanyenya.
Ia manfaatkan karung bekas pakan ternak untuk membuat baliho. Tidak perlu beli, tinggal mengambil dari tumpukan di kandang ayam miliknya.
Siswanto memang sudah lama beternak ayam petelur. Bukan peternak kelas besar. Kandangnya cuma terisi sekitar 100 ekor ayam.
"Mungkin sebagian ada yang mencibir baliho saya. Tapi itulah kenyataan yang saya miliki, yang tentunya terkait dengan persoalan dana," ungkap Siswanto, Selasa (4/3/2014).
Suami Ny Sutana (27) ini mengakui, tertarik menjadi caleg karena terdorong kenyataan di masyarakat saat ia sering turun sebagai aktivis Pemuda Muhammadiyah Daerah (PD) Lamongan.
Keterbatasan fisik pria setinggi 105 Sentimeter ini, diakuinya bukan menjadi halangan untuk mengincar jabatan publik. Begitu juga dengan minimnya dana. Siswanto mengaku menjual kejujuran untuk mendulang suara.
"Uang dari mana kalau mengandalkan beli suara. Bagi saya, apa artinya uang Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu dan satu tas plastik sembako, kalau satu hari musnah," ungkap Siswanto.
Siswanto, selama ini mengandalkan hidup dari telur-telur ayamnya dan gerai telepon seluler.
"Uang dari hasil ayam petelur sehari sekitar Rp 60 ribu sudah cukup bagi saya. Ditambah hasil dari membuka gerai pulsa ponsel. Insya Allah, gaji dari dewan untuk kemaslahatan umat," kata Bendahara Pemuda Muhammadiyah Lamongan ini.
Selain ia sendiri telah membuka usaha, istrinya juga ikut mencari nafkah sebagai buruh di pabrik rokok di Karanglangit Lamongan.
Saat pemasangan serentak baliho dari karung bekas, Siswanto melihat banyak orang yang merasa heran. Maklum, baliho pada umumnya terbuat dari digital printing. "Karena keterbatasan modal, saya harus memanfaatkan apa yang saya punya itu, yakni glangsing (karung) untuk baliho,"katanya.
Sedikitnya di dalam kota saja, dipasang 10 baliho dengan ukuran yang sama. Isi balihonya juga mengingatkan para pemilih untuk tidak tegoda suaranya dibeli. (ben/idl/dim/st36)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.