Laporan Wartawan Tribunnews, Eri Komar Sinaga

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Jelang pemilihan umum atau Pemilu 2014 muncul kegelisahan dan kekhawatiran banyak pihak media penyiaran khususnya televisi digunakan pemiliknya untuk kepentingan politik.

Pasalnya, stasiun televisi besar di Indonesia, pemimpinnya banyak yang terjun ke dunia politik dan iku dalan kontestasi pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

Ishadi SK, Komisaris Trans Media (Trans TV, Trans 7, Detikcom, CNN Indonesia) mencoba menjawabnya melalui sebuah buku yang diluncurkan hari ini 'Media & Kekuasaan'.

Buku tersebut merupakan 'rekaman' media terhadap Presiden Soeharto jelang kejatuhannya pada 1998 silam.

Buku tersebut membahas news room tiga stasiun televisi yakni RCTI, SCTV, dan Indosiar padal awal 1998 hingga 21 Mei 1998.

Dalam buku setebal 294 halaman itu, Ishadi berkisah bahwa terjadi perlawanan para jurnalis ketiga stasiun tersebut terhadap pemilik media yang tak lain adalah keluarga ataupun teman dekat Soeharto.

"Momentumnya tepat. Ada suara-suara media tidak bebas lagi karena ada unsur-unsur mencoba mengatur baik institusi maupun pemimpin media sendiri," ujar Ishadi saat peluncuran bukunya di Toko Buku Gramedia, Pondok Indah Mall, Jakarta, Sabtu (22/3/2014).

Buku tersebut merupakan disertasi Ishadi bidang komunikasi di Universitas Indonesia yang dipertahankan pada sidang terbuka senat akademik UI pada 28 September 2002. Buku berukuran 15 x 23 cm tersebut dijual dengan banderal Rp 81.000.