Sekjen PPP: Hitung Cepat SMRC Menyesatkan
M Romahurmuziy menilai rilis kursi partai politik hitung cepat (quick count) 2014 Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), menyesatkan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy menilai rilis kursi partai politik hitung cepat (quick count) 2014 Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), menyesatkan.
Dijelaskan, sebagaimana tercantum pada hasil quick count hingga tingkat dapil di www.saifulmujani.com/quickcount. Yang mana untuk mengetahui detailnya klik nama Saiful Mujani di pojok atas. Lalu, klik "Analisa", dan "Sebaran Suara Dapil". Tampak di sana TPS Sample, TPS masuk, dan seterusnya.
Di baris selanjutnya ada breakdown 'kursi tahap 1', 'kursi tahap 2', dan 'total kursi'. "Setelah saya cek cara membreakdown perolehan kursi parpol per dapil, SMRC sangat menyesatkan dan membodohi publik," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Kamis (10/4/2014).
Patut dicurigai, kata dia, ini disengaja untuk menggiring opini bagi kepentingan tertentu. Yang bukan tidak mungkin disertai 'operasi' pada proses rekapitulasi saat ini agar sesuai dengan hasil penyimpulan gegabah ini.
Mestinya, jelas dia, penarikan sampel dihitung berdasarkan populasi total TPS di dapil. Contoh, DIY total TPS 8.523. Mestinya dg rumus Slovin, sampelnya 382 TPS. Namun di web sampai dengan ditulis rilis ini jam 20.51 dengan hanya men-sample 31 TPS, SMRC sudah berani menyimpulkan partai A dapat sekian kursi tahap 1 dan sekian kursi tahap 2.
"Jelas ini adalah sebuah penyimpulan yang tak ada dasar ilmu statistiknya sama sekali dan menunjukkan kecerobohan atau bahkan kebodohan yang luar biasa. Kecuali kalau memang dimaksudkan untuk menggiring opini untuk kepentingan partai tertentu," tegas dia.
Pencuplikan 2.000 TPS secara acak dari sekitar 545.000 TPS memang menggambarkan perolehan nasional pada tingkat kepercayaan sekitar 98%. Tapi klo 2.200 TPS itu demikian saja dibreakdown per dapil, maka sampling nya ya harus berdasar populasi TPS di dapil.
Karena itu atas nama penghormatan terhadap ilmu pengetahuan, PPP meminta SMRC untuk menarik dan meluruskan penyimpulan simplistik yang dilakukannya secara gegabah, dan tidak pernah menggunakannya lagi menyertai rilis survey apapun.
"Pantas saja semua prediksi pra pemilu lembaga survei terhadap parpol Islam salah, wong ilmu statistika dasarnya saja penuh pengawuran begitu," ujarnya.
PPP juga mengimbau seluruh lembaga survei menjunjung tinggi kaidah ilmiah dan kebenaran karena itulah modal sesungguhnya seorang ilmuwan. "Jangan sampai intelektual handal ternoda dengan penghambaan pada kekuasaan katena di situlah dipertaruhkan reputasi akademiknya," pesannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.