Sifat Melodrama Masyarakat Sering Dimanfaatkan Saat Pemilu
Sifat melodrama masyarakat Indonesia yang mudah trenyuh ketika melihat seorang tokoh terkesan dizalimi dimanfaatkan untuk mendulang suara dalam pemilu
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sifat melodrama masyarakat Indonesia yang mudah trenyuh ketika melihat seorang tokoh terkesan dizalimi, benar-benar dimanfaatkan untuk mendulang suara setiap diadakan pemilu.
Hal tersebut dikatakan pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Susilo Utomo, dimana menurutnya terdapat hukum tak tertulis bahwa partai politik atau tokoh yang terkesan dizalimi, akan mendapatkan simpati dari masyarakat.
"Seperti SBY saat menjadi Menkopolhukam di era Megawati. Saat itu SBY diejek oleh almarhum Taufik Kiemas, dengan menyebut SBY sebagai jenderal kekanak-kanakan. Tapi karena ejekan tersebut juga, SBY mendapat simpati sehingga SBY menjadi pemenang pemilu saat itu," papar Susilo dalam keterangannya, Selasa (22/4/2014).
Susilo berpendapat tipikal masyarakat Indonesia biasanya menyukai sesuatu yang sifatnya melodrama. Ia pun memberi contoh kasus lain yang terlihat melodrama, seperti kasus kekerasan terhadap caleg NasDem di Aceh.
"NasDem mendapatkan efek simpati tersebut. NasDem berhasil meredam isu kekerasan caleg NasDem di Aceh tersebut dengan baik, sehingga kemenangan NasDem di Aceh pun begitu berbeda suasananya," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.