Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politisi Golkar Nilai Pasangan ARB–Pramono Bakal Keok

Pernyataan bahwa pasangan ini tak efektif muncul dari kalangan internal Partai Golkar sendiri yakni Andi Sinulingga.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Politisi Golkar Nilai Pasangan ARB–Pramono Bakal Keok
Tribunnews.com
Aburizal Bakrie dan Pramono Edhie Wibowo. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya kabar bahwa telah terbentuk poros baru antara Golkar–Demokrat dengan mengusung Aburizal Bakrie–Pramono Edhie dianggap tak akan efektif. Pernyataan bahwa pasangan ini tak efektif muncul dari kalangan internal Partai Golkar sendiri yakni Andi Sinulingga.

Dalam diskusi tersebut hadir pula para elit parpol yang belum menyatakan sikap dalam koalisinya. Beberapa politisi yang hadir yakni Didi Irawadi (Demokrat) dan Yuddy Chrisnandi (Hanura).

"Insting politik saya mengatakan ARB–Pramono tidak akan efektif, tidak ada efek kejutnya sama sekali, pasti kalah. Karena pasangan ini tidak menghadirkan magnet bagi publik," buka Andi dalam diskusi tersebut, Sabtu (17/5/2014).

Menurut Andi jika ingin membuat poros ketiga maka pimpinan politik harus legowo menjadi king maker. "Pak SBY secara otomatis menjadi king maker, Ibu Mega juga sudah legowo, tinggal dari Golkar yang harus legowo," tambahnya.

Andi justru memiliki pandangan lain dari Tim 6 yang terdiri dari 3 orang perwakilan Golkar dan 3 perwakilan Demokrat yang merumuskan pasangan ARB–Pramono. "Sri Sultan–Anies Baswedan mungkin bisa. Altrenatif harus menghadirkan efek kejut," tegas Andi.

Pernyataan Andi tersebut didukung oleh Nico Harjanto, pengamat politik Populi Center yang juga hadir dalam diskusi tersebut. "Poros ketiga hanya bisa menang kalau jadi antithesis dari kedua pasangan yang ada sekarang. Kalau poros ketiga yang dihadirkan adalah muka lama lagi, maka hanya akan jadi pelengkap penderita. Kalau tua sudah mentok," papar Nico.

Ia juga menambahkan pasangan ARB–Pramono mungkin muncul sebagai pasangan karena dirasa elektabilitasnya paling mendekati Jokowi dan Prabowo, padahal menurut Nico dalam membentuk poros ketiga bukan elektabilitas yang jadi pertimbangan utama.

Berita Rekomendasi

"Membentuk poros ketiga tidak bisa survei semata tapi harus didasari oleh keyakinan politik. Didasari oleh insting politik bahwa pasangan yang dihadirkan memiliki efek kejut, itu kenapa pasangan tua tidak bakal berhasil karena sudah mentok," jelas Nico.

Ia juga yakin poros ketiga seharusnya menghadirkan tokoh-tokoh muda meskipun elektabilitasnya masih kurang. "Soal elektabilitas kalau diendorse dengan baik bisa naik dengan cepat. Juga tokoh muda akan menghadirkan efek kejut," ungkap Nico.

Keyakinan munculnya tokoh muda dalam poros ketiga nanti juga muncul dari politisi Hanura dan Demokrat. "Kalau suara Golkar, Demokrat, Hanura dan PKS digabungkan maka aka nada 34 persen suara. Motornya saat ini adalah Demokrat, Hanura tinggal menunggu pendulum koalisi saja," ujar Yuddy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas