Formappi Nilai Ada Kesan Pidato Lebih Penting dari Kerja
Formappi menilai ada upaya penyesatan opini bahwa orasi atau pidato bagi calon pemimpin lebih penting dari kerjanya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Senior Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menyatakan dirinya menilai ada upaya penyesatan opini bahwa orasi atau pidato bagi calon pemimpin lebih penting dibandingkan bagaimana kinerjanya.
Dugaannya itu didasari atas pengamatannya bahwa ada upaya lawan politik Jokowi menuduhnya sebagai tidak pandai berorasi sehingga tak layak jadi presiden. Padahal tudingan demikian sangat tidak masuk akal.
"Penilaian itu menyesatkan. Kemampuan seorang pemimpin tak bisa hanya dinilai dari kepiawaian berorasi. Masyarakat tak butuh pemimpin yang hanya pandai orasi tapi tak mampu bekerja," tegas Lucius Karus, di Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Dia menilai, apabila kemampuan memimpin hanya dilihat dari cara berbicara di depan publik, maka menjadi sangat keliru dan merendahkan arti demokrasi.
Lagipula, Jokowi dari awal menegaskan bahwa dirinya tak pandai berpidato dan lebih menunjukkan kepada masyarakat hasil kerja nyata yang teruji.
"Jokowi dikenal karena kharakter personal yang bersahaja, pekerja keras yang tidak banyak berorasi dengan teori yang rumit dan ilmiah macam-macam. Apa untungnya bagi masyarakat kalau cuma ngomong aja," tegas Lucius.
Menurut dia, bila ingin melihat kemampuan seseorang, yang lebih baik adalah dengan mengadu pasangan calon masing-masing dari pasangan calon, yakni Prabowo-Hatta Radjasa dan Jokowi-Jusuf Kalla (JK).
Indikator yang dilihat adalah track record masing-masing.
Karena itu, dia berharap Jokowi tak perlu sibuk dengan debat tak penting soal kemampuan berpidato.
Panggung orasi dan kampanye, kata Lucius, jelas bukan tempat untuk menguji kapasitas Jokowi.
"Dan yang paling penting bahwa pendekatan panggung melalui orasi kerap membungkus banyak kebohongan dan klaim-klaim yang tidak terkonfirmasi. Tipu daya orator dengan kepiawaiannya berpidato jelas membodohi pendengar," jelasnya.
Sebelumnya, terjadi polemik di media massa dimana tiba-tiba gaya berpidato Prabowo dan Jokowi dibanding-bandingkan.
Arah isunya adalah bahwa gaya berpidato Jokowi kalah dibanding Prabowo, sehingga Jokowi dianggap tak pantas menjadi presiden RI.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.