Pengamat: Tren Elektabilitas Prabowo Menanjak Naik
Tren Elektabilitas Prabowo Subianto dan Joko Widodo bergerak ke arah yang berbeda.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren Elektabilitas Prabowo Subianto dan Joko Widodo bergerak ke arah yang berbeda. Elektabilitas Jokowi cenderung menurun, sedangkan Prabowo menanjak naik.
Pengamat politik Igor Dirgantara mengatakan, tren elektabilitas juga harus diperhatikan selain mencermati hasil survei.
"Tren biasanya tidak bakal bergeser dalam jangka waktu pendek, sedangkan Pilpres tinggal hitungan hari. Saya perhitungkan, dalam dua pekan ke depan ini, tren elektabilitas Prabowo akan terus naik. Nggak bisa di-stop," kata Igor dalam keterangan persnya, Sabtu (28/6/2014).
Menurut Igor, sempitnya sisa waktu ini merupakan momentum yang menguntungkan kubu Prabowo. Pasalnya, dukungan publik dan mesin partai pengusung lebih solid ketimbang kubu kompetitornya.
"Gerindra dan PKS sudah pasti solid. Golkar memiliki infrastruktur yang telah mengakar sejak lama. Parpol sesama Koalisi Merah Putih juga sama baiknya," ucap pengajar di Universitas Jayabaya ini.
Sebaliknya di kubu Jokowi, justru disibukkan banyak hal. Lebih lanjut, Igor menuturkan sekarang publik menyoroti Jokowi soal kebocoran APBD DKI. "Bagaimanapun juga, ini berpengaruh. Padahal tinggal dua pekan lagi pilpres dilakukan," ujarnya.
Berdasarkan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) pada 20-25 Mei lalu, elektabilitas Jokowi-JK masih memimpin dengan 44,72 persen.
Sementara Prabowo-Hatta masih 39,28 persen. Kondisi lantas berbalik seperti diperlihatkan survei Puskaptis pada 6-12 Juni. Prabowo unggul dengan 44,64 persen dan Jokowi 42,97 persen.
Pada survei yang berlangsung 16-21 Juni, capres nomer urut satu itu melaju dengan perolehan 45,60 persen sedangkan Jokowi 43,21 persen.