Angka Partisipasi Warga Kotamobagu 30 Persen
Tingkat partisipasi warga pada pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2014 merosot bila dibandingkan dengan helatan serupa lima tahun lalu.
Editor: Dewi Agustina

TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Tingkat partisipasi warga pada pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2014 merosot bila dibandingkan dengan helatan serupa lima tahun lalu. Warga yang tidak menggunakan hak pilih pada pilpres kali ini diperkirakan di atas 30 persen.
Hasil rekapitulasi sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kotamobagu berdasarkan formulir C-1, total suara untuk dua pasangan capres dan cawapres sebanyak 57.840. Padahal, jumlah pemilih pada daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak dari 89.430. Artinya, ada selisih 31.590.
Komisioner KPU Kotamobagu Asep Sabar menegaskan, selisih tersebut tidak bisa secara otomatis menjadi patokan angka golput.
"Masih harus ditambah dengan suara rusak dan daftar pemilih khusus tambahan yang hingga kini belum dihitung," kata Asep, Kamis (10/7/2014).
Dia memperkirakan, tingkat partisipasi warga masih berada di kisaran 75 persen. Namun angka ini masih di bawah
tingkat partisipasi pada Pilpres 2009 lalu. Lima tahun lalu, 82 persen warga Kotamobagu yang berhak memilih menggunakan hak politiknya. Angka tersebut juga di bawah tingkat partisipasi pada Pileg 2014 yang capai 77,5 persen.
Ketua KPU Kotamobagu Nayodo Koerniawan memperkirakan ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat partisipasi menurun pada pilpres ini. Satu di antaranya adalah faktor psikologi pemilih terhadap pilpres. Ini berbeda dengan pemilihan kepala daerah (Pemilukada) atau Pileg.
"Pemilih mungkin berpikir persoalan presiden dan wakil presiden itu hanya urusan Jakarta, dan sangat jauh dari Kotamobagu. Beda dengan pemilukada yang memiliki hubungan emosional langsung dengan yang dipilih atau didukung," kata Nayodo.
Sembari berseloroh, Nayodo pun memperkirakan penurunan tersebut karena berbarengan dengan gelaran Piala Dunia.
"Bagi pendukung Jerman mungkin bisa tidur lelap sampai lupa bangun untuk memilih. Bagi pendukung Brasil, biar bermimpi jahat karena kalah, tetap kecapaian," kata dia kemudian tersenyum.
Junaidi Amra, anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kotamobagu Utara, mengatakan, di kelurahannya, banyak anak-anak muda yang tak memilih.
"Di Genggulang, banyak anak yang terlelap setelah nonton Piala Dunia. Bangun-bangun jam satu siang, saat TPS tutup," katanya.