Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua Umum Gerindra Suhardi di Mata Sekjen PPP

Dalam kenangan yang dirilis Sekjen PPP kepada Tribunnews.com, Jumat (29/8/2014), berjudul "Prof. Suhardi yang saya kenal", Romi sapaannya, berkisah.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Ketua Umum Gerindra Suhardi di Mata Sekjen PPP
Tribunnews.com/Rahmat Patutie
Jenazah Prof Suhardi, Ketua Umum Gerindra saat disemayamkan di rumah duka, Jl Jatipadang, Pasar Minggu, Kamis (28/8/2014) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M. Romahurmuziy memiliki kenangan manis mengenai sosok almarhum Ketua Umum Partai Gerindra, Prof. Suhardi, yang menghembuskan nafas pada pukul 21.35 WIB di RSPP, Jakarta.

Dalam kenangan yang dirilis Sekjen PPP kepada Tribunnews.com, Jumat (29/8/2014), berjudul "Prof. Suhardi yang saya kenal", Romi sapaannya, berkisah. "Dengan terengah-engah sosok bersahaja itu turun dari ojek yang mengantarkannya dari terminal bus kampung rambutan ke bandara Halim PK. Sosok yang kini telah meninggalkan kita selamanya itu, adalah Prof. Suhardi atau sering saya menyebutnya, pak Hardi."

Hari itu, lanjut dia mengenang, sekitar awal Ramadhan 1435 H, kami yang tergabung dalam Koalisi Merah-Putih, terjadwal mendampingi pak Hatta berkampanye ke NTB dilanjutkan ke NTT.

"Nama pak Hardi ada dalam list (daftar), namun info panitia, beliau hari sebelumnya tengah kampanye di Jateng. Mengingat awal Ramadan biasanya memang KA ke Jakarta penuh orang kembali dari nyadran (ziarah makam), maka jadilah pak Hardi naik bus malam, turun Purwokerto, turun lagi di Cirebon."

Lanjutnya, melihat pakaian putih beliau yang lusuh, dirinya sempat melemparkan pertanyaan. "pak Hardi kok seperti kehujanan?" tanya Sekjen PPP ini. "Betul mas, dua kali waktu nyegat bus di Tegal," jawab almarhum saat itu.

"Itulah prof Suhardi, sosok bersahaja, rendah hati, pekerja keras, egaliter, ketua umum partai yang tengah menanjak yang hampir selalu tanpa ajudan, namun penuh dengan ilmu dan kearifan. Keteguhan beliau lah yang juga turut menyumbang tersemangatinya soliditas Koalisi Merah Putih (KMP)."

"Saat kampanye di Solo, dengan fasih beliau uraikan filosofi kepemimpinan Jawa yang didasarkan atas asta brata atau delapan keteladanan. Lagi-lagi ini menggambarkan luasnya wawasan yang bukan hanya melulu di bidang kehutanan yg beliau geluti," sambungnya.

Berita Rekomendasi

Kini sosok pendiam yang teguh pendirian itu telah tiada. Namun, menurut Romi, kebersahajaannya yang semakin langka dari wajah politik nasional, akan terus bernilai.

"Saya termenung, terkejut dan sedih, sesaat tiba di RSPP malam ini, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Allah SWT kembali memanggil hamba yang dikasihi-Nya, di tengah keluarga tercinta mengelilinginya.
Selamat jalan prof, semoga jalanmu dilapangkan-Nya," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas