Kulit Buah Naga Mampu Mencegah Kebusukan Tomat
Siapa yang menyangka bahwa kulit buah naga juga bisa dimanfaatkan sebagai pelapis pada buah tomat.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR -Siapa yang tidak mengenal buah naga? Buah ini dapat dijumpai hampir di seluruh toko buah serta penjual jus di jalan-jalan.
Bentuk buah yang unik dengan warna daging yang eksotis membuat banyak orang menggemarinya.
Selain untuk obat, buah ini juga banyak dimanfaatkan para ibu untuk membuat es buah.
Siapa yang menyangka bahwa kulit buah naga juga bisa dimanfaatkan sebagai pelapis pada buah tomat.
Hal ini berdasarkan penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian 2017 sejumlah mahasiswa membentuk sebuah riset yang diberi nama Dragon Coat (pelapis buah naga) pada buah tomat.
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) yang termasuk tanaman perdu ini banyak dimanfaatkan di Indonesia sebagai bahan makanan langsung maupun olahan seperti jus, sambal, saos dan lain sebagainya.
Tomat banyak dibudidayakan di Indonesia karena dapat tumbuh pada berbagai macam tempat dengan ketinggian 0 hingga 1.250 mdpl (meter di bawah permukaan laut).
Penurunan produksi buah tomat dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yang paling dominan yaitu akibat cendawan Fusarium sp.
Cendawan Fusarium sp merupakan salah satu patogen yang pada umumnya sering menyerang tanaman tomat pada berbagai tingkat, baik pada saat tanaman berkecambah hingga tamanan dewasa, bahkan hingga pasca panen.
Mencermati hal itu, mahasiswa Fakultas Pertanian yang terdiri atas Yulianto, Ayu Leana Dewi, Ade Fitri Nurdika, dan Noni Irnadianis Wibiani melakukan penelitian limbah kulit buah naga.
Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikologi Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB ini memanfaatkan kulit buah naga yang telah diekstrak menggunakan air steril.
Lalu selanjutnya dilakukan pengujian terhadap cendawan Fusarium sp. baik secara in vitro (skala laboratorium) maupun secara in vivo (skala besar).
"Pembuatan pelapis akan digunakan campuran antara esktrak dengan tepung kanji, sehingga diharapkan ketika tidak sengaja terkonsumsi tidak terlalu berdampak terhadap kesehatan," ujar Yulianto.