12 SMK Jalin Kerja Sama dengan Huawei Indonesia
Pengembangan tersebut salah satunya dilakukan melalui upaya menjembatani kerjasama antara SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus melakukan pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia.
Pengembangan tersebut salah satunya dilakukan melalui upaya menjembatani kerjasama antara SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Seperti, kerjasama antara 12 SMK dengan Huawei Indonesia, yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kepala sekolah dengan CEO Huawei Indonesia.
“Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama ini, karena ini merupakan salah satu program kita untuk menyambungkan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, dan ini diawali pada jenjang pendidikan SMK," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen), Hamid Muhammad, pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman “SmartGen”, di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (22/3/2018).
Menurutnya, ada 12 SMK yang melakukan kerjasama dengan Huawei Indonesia, dan harapannya nanti siswa betul-betul memperoleh pengalaman langsung di Huawei dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan.
Baca: Mengaku Akan Dicabuli Majikannya, Asisten Rumah Tangga di Depok Mengadu ke Pengurus RW
Hamid mengatakan proses kerjasama yang dilakukan ini menjadi salah satu langkah penting untuk pendidikan di Indonesia, khususnya dalam mengembangkan kualitas peserta didik SMK Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
“SMK-SMK kita ini harus mulai bangkit. Kami sudah melakukan berbagai hal, sesuai dengan Instruksi Presiden tentang Revitalisasi SMK kami telah mencoba merombak kurikulum SMK bersama dengan kawan-kawan industri. Ada 142 kompetensi keahlian di SMK yang kurikulumnya kami rombak, dan kami sesuaikan dengan perkembangan industri,” kata Hamid.
Ia menambahkan, dunia industri dalam mencari tenaga kerja sesuai kualifikasi yang diharapkan tidak lagi memikirkan kurikulum yang diberikan di SMK.
“DUDI bisa menggunakan satu atau dua kelas di SMK dengan kurikulum yang diminta. Kami terbuka, kalau ada industri, misalkan Huawei yang mau buka kelas Huawei di SMK kita, kami perbolehkan, kurikulumnya juga boleh kurikulum Huawei, dengan catatan yang masuk program itu harus tetap berlanjut diterima bekerja di Huawei,” jelas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyambut baik kerjasama yang dilakukan SMK dengan Huawei Indonesia.
“Saya menyambut baik kerjasama yang dilakukan Huawei dengan dunia pendidikan kita. Industri telekomunikasi terus mengalami perubahan. Kuncinya untuk masuk dan menyesuaikan perubahan itu adalah talent. Saya mengucapkan selamat dan apresiasi kepada Huawei Indonesia yang turut meningkatkan kapasitas kompetensi siswa dalam teknologi. Kepada adik-adik manfaatkan kesempatan ini dengan baik,” pesan Rudiantara.
Lingkup kerjasama tersebut mencakup pelatihan bagi siswa SMK yang dilanjutkan dengan proses sertifikasi. Hal ini akan menjadi suatu pola yang dapat dimultiplikasi untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang terampil dan tersertifikasi di level menengah.
SMK yang menandatangani nota kesepahaman adalah SMK Sandhi Putra Telkom Jakarta, SMK Sandhi Putra Telkom Bandung, SMK Sandhi Putra Telkom Purwokerto, SMK Sandhi Putra Telkom Malang, SMK Sandhi Putra Telkom Medan, SMK Sandhi Putra Telkom Makassar, SMK Sandhi Putra Telkom Banjarbaru, SMK Telesandi Bekasi, SMK Negeri 7 Semarang, SMK Negeri 1 Semarang, SMK Negeri 1 Magelang, dan SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo.
Turut hadir dalam acara tersebut Dirjen Pengembangan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja RI, Bambang Satrio Lelono; Perwakilan Kedutaan Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia, Sun Weide; dan CEO Huawei Indonesia, Hudson Liu.