Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) secara resmi meluncurkan 10 seri buku berjudul 'Karya Lengkap Bung Hatta', Selasa (13/11/2018).

Diketahui, 10 seri buku itu merupakan rangkuman lebih dari 800 karya tulis Wakil Presiden RI pertama Moh. Hatta selama masa hidupnya, yang kini diterbitkan oleh LP3ES.

Baca: Soal Dugaan Perundungan Siswa ke Gurunya, Muhadjir: Kalau Memang Bercanda Ada Batasannya

Pantauan Tribunnews.com, peluncuran dilakukan dengan menekan tombol berwarna merah secara bersama-sama oleh lima tokoh.

Para tokoh itu antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Emil Salim, Meutia Hatta, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, dan Founder BINEKSOS Ismid Hadad.

Dalam kesempatan itu, Muhadjir menilai karya ini belum merangkum semua gagasan besar yang berasal dari pemikiran Bung Hatta.

Masih banyak, kata dia, ratusan karya tulis yang berasal dari pemikiran Bung Hatta yang menurutnya perlu juga disertakan agar dapat menjadi inspirasi generasi ke depannya.

"Saya sangat merekomendasi kalau seandainya nanti dilanjutkan dengan melakukan kompilasi karya-karya disertasi, tesis yang bersumber dari gagasan Bung Hatta," ujar Muhadjir, di Gedung A, Kemendikbud, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (13/11/2018).

"Saya kira akan menjadi sumber karya besar yang bisa kita jadikan suri tauladan untuk anak cucu kita," imbuhnya.

Selain itu, ia menilai Bung Hatta adalah sosok yang memiliki perspektif ilmu pengetahuan sangat luas. Ia mencontohkan hal itu dengan pengalaman intelektual yang dirinya miliki dengan Bung Hatta.

Baca: Emil Salim Hingga Laode M Syarif Turut Hadiri Peluncuran 10 Seri Buku Karya Lengkap Bung Hatta

Muhadjir bercerita ketika dirinya menyusun disertasi terkait militer, ia jadi mengetahui bahwa ternyata peletak dasar gagasan utama mengenai profesionalitas militer adalah pemikiran pendamping Soekarno itu.

"Saya punya pengalaman intelektual sendiri dengan Bung Hatta, yaitu dalam disertasi saya kebetulan saya tulis tentang militer ternyata letak dasar profesional militer Indonesia yaitu dengan kebijakan rasionalisasi militer tahun 1949 itu lah yang sebetulnya mendasari perkembangan TNI yang pada akhirnya harus membantu menjadi TNI profesional itu. Ini yang mungkin tidak banyak yang mengetahui," tukasnya