Pengamat Pendidikan Menyoroti Efisiensi dan Efektivitas Pembelajaran Daring Selama Wabah Corona
Pengamat pendidikan Prof Dr Harun Joko Prayitno, MHum menyoroti keefisien dan keefektifan pembelajaran daring.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Dr Harun Joko Prayitno, MHum menyoroti keefisien dan keefektifan pembelajaran daring.
Pasalnya, sejak mewabahnya virus corona, seluruh pembelajaran dari jenjang rendah ke jenjang tinggi ikut terdampak.
Tak bisa bertemu dan bertatap muka secara langsung, para pengajar dan pelajar pun diwajibkan untuk mempraktikkan metode pembelajaran via daring.
Metode tersebut pun dilakukan di rumah masing-masing di tengah pandemi corona yang melanda.
Menurut Harun, sapaanya, metode pembelajaran daring dalam perkuliahan saja, dinilai kurang otentik atau kurang 'dapat dipercaya'.
Harun beralasan pembelajaran daring membuat kurangnya realitas dari proses sasaran mutu pembelajaran yang diinginkan.
Baca: Pelatihan Daring Kartu Prakerja Dinilai Tak Tepat Dilaksanakan di Tengah Pandemi Virus Corona
"Saya melihat fungsi daring dalam perkuliahan itu tidak bisa otentik."
"Artinya tidak bisa mencerminkan realitas proses sasaran mutu pembelajaran yang diinginkan," ujarnya kepada Tribunnews, Selasa (5/5/2020) lalu.
Harun merasa proses pembelajaran daring tidak bisa menggambarkan sisi keabsahan penyampaikan materi yang sebenarnya.
"Otentisitas itu diliat dari realisasinya, prosesnya, sasaran mutunya."
"Karena bisa saja akses jaringan internet itu belum tentu ada bagi mahasiswa dan juga bagi dosen," ungkap Harun.
Harun menilai, pengajar atau dosen bisa saja memiliki uang untuk membeli jaringan internet.
Namun jaringan tersebut belum tentu bagus digunakan untuk mengajar.
Baca: Mahasiswa Bisa Akses Google Gratis untuk Sistem Belajar di Rumah Secara Daring
Selain itu, menurut Harun, bisa juga ada dosen yang penguasaan teknologinya kurang.
"Dosen mungkin punya uang, punya kuota, tetapi kebetulan pas jaringannya nggak bagus juga bisa."
"Bisa juga dosen punya kuota, tapi mungkin penguasaan teknologinya kurang," tutur Harun.
Untuk itu, Harun merasa metode pembelajaran daring tidak bisa menggantikan secara penuh.
"Jadi memang dalam konteks tertentu sistem daring atau online bisa digunakan."
"Tetapi tidak bisa menggantikan penuh," imbuh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS itu.
Baca: Pengamat Soroti Maraknya Protes Mahasiswa yang Keberatan Membayar Uang SPP di Tengah Wabah Corona
Kendati demikian, Harun mengatakan ada pula keefisienan dari metode pembelajaran daring.
Hal itu dikarenakan pembelajaran daring bersifat unlimited tempat dan unlimited waktu.
"Kalau efesien iya dari sisi transportasi."
"Karena efisien itu ukurannya waktu dan tempat," ujarnya.
Tetapi, dalam efektifitasnya, Harun menuturkan pembelajaran daring cukup kurang efektif.
"Efisian iya, tapi kalau dari sisi efektif kurang."
"Karena efektivititas itu ukurannya kualitas, proses, dan otentifitas," papar Guru Besar dalam Bidang Pendidikan itu.
"Karena kalau otentifitas kalau bertatap muka langsung kan terjadi proses. Ada interaksi dan komunikasi," tambahnya.
Meski begitu, dalam kondisi saat ini semua kalangan tidak bisa disalahkan.
Harun menilai semua orang yang terlibat dalam metode pembelajaran daring harus belajar mengakrabi diri dengan teknologi.
"Semua orang ini mau tidak mau, suka tidak suka, harus mengakrabi teknologi."
"Meskipun teknologi itu dalam konteks tertentu menjemukan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)