Pengamat Ungkap Sisi Positif Pembelajaran Daring di Masa Pandemi: Kemampuan Literasi IT Meningkat
Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof Dr Harun Joko Prayitno MHum memberikan tanggapannya sisi positif pembelajaran daring.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno M.Hum menilai ada dampak positif dari pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19.
Menurutnya, dampak positif pembelajaran daring adalah meningkatnya literasi IT atau teknologi informasi.
Namun, kemampuan IT yang meningkat di era digital ini bisa menjadi ancaman reduksinya pendidikan karakter.
"Pengaruh positifnya terhadap kemampuan literasi IT."
"Namun literasi IT akan mereduksi terhadap literasi pendidikan karakter, karena karakter bersifat human kalau IT non human."
"IT ukurannya salah benar, kalau karakter ukurannya baik tidak baik, tepat tidak tepat, atau bermanfaat tidak bermanfaat," ujar Harun kepada Tribunnews melalui sambungan telepon, Rabu (27/5/2020).
Baca: Pengamat Nilai Bidang Pendidikan Harus Siap Hadapi New Normal: Adaptasi Cepat dan Tepat adalah Kunci
Harun menjelaskan, ada beberapa pembelajaran penting yang tidak bisa digantikan meski dengan teknologi canggih sekalipun.
Di antaranya literasi pendidikan budi pekerti, kompetensi sosial, literasi pendidikan karakter, dan literasi pendidikan kewarganegaraan.
"Tetapi literasi budi pekerti, kompetensi sosial, literasi karakter, literasi kewarganeraan tidak bisa digantikan," jelas Dekan FKIP UMS ini kepada Tribunnews.
Harun pun menyoroti beberapa hal penting di bidang pendidikan jika menerapkan kehidupan new normal.
Pasalnya, pembelajaran daring saat ini masih belum terlaksana secara maksimal.
Baca: Kemendikbud: Kurikulum Pendidikan Vokasi Harus Beradaptasi dengan New Normal
"Jadi sekarang ini belum betul-betul daring, harus segera disiapkan betul platform-platform pembelajarannya."
"Lalu bagaimana skema tugasnya, bagaimana skema pembelajaran daring yang utuh seperti apa, harus ada absennya, harus ada pengantarnya dulu dan lainnya," terang Harun.
Harun juga menerangkan pembelajaran dalam kehidupan new normal akan tetap berlangsung seperti sebelum terjadinya pandemi.
Namun ada beberapa pembelajaran bagi jenjang tertentu yang dimungkinkan untuk tetap berbasis daring.
"Kegiatan pembelajaran tetap berlangsung seperti sebelum pandemi."
"Mungkin untuk perkuliahan bisa 50 persen daring dan 50 persen tatap muka karena dasarnya daring adalah knowing (pengetahuan)."
Baca: Kapan Masuk Sekolah Menurut Menteri Pendidikan? Nadiem Makariem Tunggu Keputusan Gugus Tugas
"Tetapi semakin jenjangnya ke bawah seperti TK dan SD tatap muka masih tetap diperlukan," jelasnya.
Harus menuturkan, alasannya adalah ada beberapa pembelajaran dalam jenjang tertentu yang tidak bisa dilakukan dengan basis daring.
"Ada sesuatu yang tidak bisa digantikan karena untuk anak TK dan SD pembelajarannya kognitif, afektif, psikomotorik, dan skill."
"Dalam skill itu ada kehidupan bermasyarakat atau kompetensi sosial yang tidak bisa digantikan dengan teknologi apapun dalam pembelajaran daring," tambahnya.
Oleh karena itu, Harun juga menyarankan agar pada pengajar mulai di edukasi untuk mengkombinasi literasi IT dengan tatap muka.
Selain itu, Harun pun membeberkan tiga hal yang kurang disadari mengenai kekurangan pembelajaran daring.
Baca: Menkes Terawan Ajak Kemenag dan Kemendikbud Kaji Protokol Kesehatan New Normal di Sektor Pendidikan
Pertama, ia mengatakan pembelajaran daring tidak bisa membentuk pendidikan karakter secara utuh.
Kedua, pembelajaran daring, menurut Harun, tidak bisa memberi contoh nyata atau secara konkret kompetensi sosial.
Terakhir, Harun mengatakan, secara ekonomi, pembelajaran daring membutuhkan biaya komunikasi yang tinggi.
"Meski irit di jajan dan transport, tetapi jajan dan transport dapat menggerakan ekonomi masyarakat kecil."
"Kalau biayanya diganti dengan biaya komunikasi maka hanya bisa dinikmati oleh beberapa monopoli perusahaan komunikasi saja," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)