Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 47, 48, 50 dan 51 Buku Tematik Subtema 1 Pembelajaran 5
Kunci jawaban Buku Tematik tema 8 kelas 4 SD subtema 1 pembelajaran 5 halaman 47, 48, 50 dan 51.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Inilah kunci jawaban Buku Tematik Tema 8 Kelas 4 SD Subtema 1 Pembelajaran 5 halaman 47, 48, 50 dan 51.
Buku Tematik Tema 8 Kelas 4 SD berjudul Daerah Tempat Tinggalku.
Selanjutnya, Subtema 1 berjudul Lingkungan Tempat Tinggalku.
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 Halaman 57 58 60 Buku Tematik SD Subtema 2 Pembelajaran 1
Sebelum melihat kunci jawaban Buku Tematik, siswa dapat terlebih dahulu memahami soal kemudian menjawabnya sendiri.
Kunci jawaban pada artikel ini digunakan sebagai panduan dan pembanding orang tua, untuk mengoreksi pekerjaan anak.
Kunci jawaban Buku Tematik tema 8 kelas 4 SD subtema 1 pembelajaran 5 halaman 47, 48, 50 dan 51.
AYO MEMBACA (Halaman 44-46)
Kisah Putri Tangguk
Putri Tangguk tinggal bersama suami dan ketujuh anaknya di daerah Jambi.
Putri Tangguk memiliki sepetak sawah yang ditanami padi.
Anehnya, setiap selesai panen, padinya selalu muncul dan siap untuk dipanen kembali.
Bahkan, ketujuh lumbung Putri Tangguk hampir penuh untuk menampung hasil panennya.
Saat panen terakhir, Putri Tangguk mengajak suami dan semua anaknya ke sawah.
Mereka memasukkan hasil panen ke gerobak.
”Panen sudah selesai. Sepertinya, persediaan padi kita sudah cukup untuk beberapa bulan,” kata Putri Tangguk.
Kemudian, mereka mendorong gerobak bersama-sama.
Di tengah perjalanan, Putri Tangguk jatuh terpeleset.
”Aduuuuh...,” teriak Putri Tangguk.
”Hati-hati, Bu. Semalam hujan deras. Jalannya menjadi licin,” kata suami Putri Tangguk sambil membantunya berdiri.
”Gara-gara hujan, jalannya licin. Perjalanan ke rumah masih jauh, bisa-bisa aku terjatuh lagi,” gerutu Putri Tangguk.
Putri Tangguk mengambil padi dari gerobaknya.
Kemudian, padi ditebar di jalan.
Melihat perilaku ibunya, si anak sulung pun bertanya.
”Apa yang Ibu lakukan? Mengapa Ibu membuang padi itu ke jalan?”
”Ibu tidak membuang padi. Padi ini Ibu gunakan sebagai pengganti pasir. Ibu menebarnya agar jalan ini tidak licin lagi,” jawab Putri Tangguk.
”Istriku, bukankah padi itu untuk kita makan? Tidak baik rasanya jika membuang-buang makanan,” nasihat suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk tidak mengindahkan nasihat suaminya. Bahkan, Putri Tangguk membantahnya.
”Masa bodoh. Bukankah padi kita sudah banyak. Apa kau mau aku terjatuh lagi dan tulangku patah?” bantah Putri Tangguk sambil terus menebar padi ke jalan.
Setelah panen terakhir, Putri Tangguk tidak pernah kembali ke sawah.
Ia berada di rumah untuk merawat ketujuh anaknya.
Suatu malam anak bungsu Putri Tangguk merengek karena lapar.
Akhirnya, Putri Tangguk ke dapur untuk mengambil nasi.
Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati pancinya kosong.
”Mengapa panci ini kosong? Bukankah tadi masih tersisa sedikit nasi?” tanya Putri Tangguk dalam hati.
Karena si bungsu terus merengek, Putri Tangguk pun memutuskan untuk menanak nasi.
Namun, Putri Tangguk kembali terkejut ketika mendapati beras yang ia simpan dalam kaleng juga menghilang.
”Ke mana perginya beras itu? Aku ingat masih banyak beras di sini sebelumnya. Jangan-jangan ada orang yang mencurinya,” kata Putri Tangguk.
Kemudian, Putri Tangguk membujuk anak bungsunya untuk tidur.
Besok ia berencana untuk menumbuk padi yang disimpan di lumbungnya.
Pagi harinya Putri Tangguk terkejut mendengar teriakan suaminya.
”Istriku...istriku...cepat kemari,” teriak suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk segera berlari menemui suaminya.
Ia menghampiri suaminya yang berada di depan pintu lumbung.
Ia pun bertanya kepada suaminya.
”Ada apa suamiku?” tanya Putri Tangguk dengan cemas.
”Aku tidak tahu, istriku. Lumbung ini sudah kosong saat aku membukanya,” jawab suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk dan suaminya bergegas memeriksa lumbung yang lain.
Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati ketujuh lumbungnya telah kosong.
Putri Tangguk pun menangis.
”Apa yang terjadi padaku? Tadi malam nasi dan beras hilang. Sekarang padi di lumbung pun juga ikut menghilang,” jerit Putri Tangguk.
”Jangan cemas, istriku. Bukankah kita masih memiliki sawah. Besok kita ke sawah. Siapa tahu padinya telah menguning,” hibur suami Putri Tangguk.
Keesokan paginya Putri Tangguk mengikuti suaminya ke sawah dengan cemas.
Setibanya di sawah, tangis Putri Tangguk semakin keras karena mendapati sawahnya telah berubah menjadi semak belukar.
Putri Tangguk menagis seharian.
Bahkan, ia tidak mau pulang dan menunggui sawahnya hingga tertidur.
Dalam mimpinya, Putri Tangguk didatangi segerombolan padi yang dapat berbicara.
”Hai, Putri Tangguk. Inilah buah dari kesombonganmu.
Masih ingatkah engkau ketika membuang kami ke jalan?” tanya padi-padi itu.
”Kau telah menghina kami. Kau telah menjadikan kami pasir untuk alas jalanmu.
Kami ini dipanen untuk dimakan, bukan untuk dibuang sembarangan.
Dengan membuang kami, berarti kamu tidak membutuhkan kami untuk makananmu,” kata padi-padi itu lagi.
Putri Tangguk hanya bisa diam dan tidak menjawab.
Ia menyesali kebodohannya. Ia pun memohon maaf kepada padi-padi itu.
”Tak bisakah kalian memaafkanku? Aku telah menyesali perbuatanku,” kata Putri Tangguk sambil menangis.
”Sekarang kau dan keluargamu harus bekerja keras. Bersihkan sawah ini, bajaklah, lalu tanamlah kami kembali. Setelah tiga bulan, barulah kalian dapat memanen kami kembali,” jawab padi-padi itu.
Ketika Putri Tangguk ingin menjawab, ia tersentak bangun dari tidurnya.
Putri Tangguk pun kembali pulang.
Kemudian, ia menceritakan mimpinya kepada suaminya.
Keesokan harinya keluarga Putri Tangguk bergotong royong membersihkan sawah dan menanam padi.
Ia dan keluarganya merawat sawah dan menjaga padinya dengan baik.
Mereka menunggu dengan sabar hingga padi yang mereka tanam siap dipanen.
Putri Tangguk juga berjanji tidak akan menyia-nyiakan sebutir padi pun hasil panen dari sawahnya.
Dalam cerita terdapat tokoh yang memiliki sifat baik hati.
Tokoh seperti itu disebut protagonis.
Ada pula tokoh yang memiliki sifat jahat.
Tokoh bersifat jahat disebut antagonis.
Tahukah kamu siapa tokoh protagonis dan tokoh antagonis pada cerita di atas? Ayo, lakukan kegiatan berikut.
Tokoh protagonis : tokoh yang memiliki sifat baik hati.
Tokoh antagonis : tokoh yang memiliki sifat jahat.
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 23, 24, dan 28 Buku Tematik Subtema 1 Pembelajaran 3
Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 47
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan cerita berjudul Kisah Putri Tangguk
1. Apa jenis cerita fiksi berjudul Kisah Putri Tangguk?
Jawaban:
Cerita berjudul Kisah Putri Tangguk termasuk ke dalam jenis cerita rakyat atau cerita legenda.
2. Siapa tokoh dalam cerita berjudul Kisah Putri Tangguk?
Jawaban:
Putri Tangguk, suaminya, 7 anaknya dan padi yang bisa berbicara dalam mimpi.
3. Siapa tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita di depan?
Jawaban:
Tokoh utama: Putri Tangguk
Tokoh tambahan: suami dari Putri Tangguk, ketujuh anaknya dan padi-padi di sawah.
4. Siapa tokoh protagonis dalam cerita di depan? Jelaskan alasanmu.
Jawaban:
Tokoh protagonis dalam cerita ini adalah suami dari Putri Tangguk. Karena ia telah menasehati Putri Tangguk agar tidak membuang padi sembarangan.
Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 6 SD Halaman 61 62 63 64 65 66 Buku Tematik Subtema 2 Pembelajaran 2
Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 48
5. Siapa tokoh antagonis dalam cerita di depan? Jelaskan alasanmu.
Jawaban:
Tokoh antagonis dalam cerita ini adalah Putri Tangguk, karena ia tidak memiliki rasa bersyukur atas hasil panennya. Justru ia malah membuang padi tersebut.
Bernyanyi dengan baik membutuhkan teknik seperti intonasi dan tempo.
Intonasi merupakan cara bernyayi mencapai ketepatan bunyi tiap nada.
Bunyi nada yang tepat akan menghasilkan suara yang tidak sumbang dan enak didengar.
Untuk mendapatkan intonasi yang baik kamu dapat menyanyikan nada-nada berikut secara berulang tanpa mengandalkan otot-otot leher dan berteriak.
Nada-nada tersebut dapat dinyanyikan dengan tempo lambat, sedang, dan cepat.
Kecepatan lagu diukur dengan alat pengukur yang disebut Metronome Maelzel atau disingkat MM.
Metronome Maelzel ini akan memberikan petunjuk seberapa cepat atau lambatnya lagu dinyanyikan.
Sebagai contoh lagu ”Timang-Timang Anakku Sayang” ditulis dengan tempo andante.
Kecepatan tempo andante 72-76 MM, artinya lagu harus dinyanyikan dalam kecepatan 72-76 ketukan yang tetap dalam waktu satu menit.
MM 72-76 termasuk tempo sedang.
Tempo lagu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. tempo lambat, contoh lento = lambat (56-58 MM);
b. tempo sedang, contoh andante = seperti orang berjalan (72-76 MM);
c. tempo cepat, contoh allegro = cepat, hidup, dan riang (132-138 MM)
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 3 Halaman 177 178 179 180 Buku Tematik SD Pembelajaran 4 Subtema 4
Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 50
1. Amatilah teks lagu “Injit-Injit Semut”. Identifikasi tinggi rendah nada dari notasi angka lagu di depan. Apa yang kamu temukan? Buatlah garis melodi pada syair yang kamu tulis.
Jawaban:
Ada nada rendah, sedang dan tinggi.
Di nada yang rendah, terdapat tanda titik di bawah setiap notasi angka.
Sedangkan di nada yang tinggi, terdapat tanda titik di atas setiap angka.
2. Sekarang giliranmu mempelajari lagu tersebut. Dengarkan penjelasan guru. Bersama dengan kelompokmu, nyanyikan lagu “Injit-Injit Semut” dengan tempo dan tinggi rendah nada yang tepat. Simaklah saat kelompok lain menyanyikan lagu tersebut!
3. Apa yang kamu rasakan ketika menyanyikan lagu tersebut? Jelaskan jawabanmu!
Jawaban:
Senang karena dapat mengenal lagu daerah lain.
Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 51
4. Jelaskan tempo dan tinggi rendah nada dalam lagu tersebut!
Jawaban:
Lagu tersebut dinyanyikan dengan tempo 90, 4/4 agak cepat.
5. Apa saja lagu daerahmu? Tuliskan judul dan makna lagu tersebut!
Jawaban:
Siswa dapat mengisi lagu di daerah masing-masing.
Disclaimer:
Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak.
Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
(Tribunnews.com/Widya)