Mengenal Sejarah Mahapatih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara dan Isi Sumpah Palapa
Gadjah Mada merupakan seorang panglima perang dan tokoh yang berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit. Gajah Mada terkenal dengan sumpah palapanya
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah Mahapatih Gajah Mada sang pemersatu Nusantara.
Gadjah Mada merupakan seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit.
Berdasarkan Buku Siswa SD/MI Kelas IV Tema 5 Pahlawanku (2017) karya Angi St Anggari, pada saat remaja, Gajah Mada merupakan seorang pemuda yang mempunyai keahlian bela diri yang sangat hebat serta berilmu tinggi.
Saat usia 19 tahun, Gajah Mada berhasil menyelamatkan rajanya yang bernama Prabu Jayanegara.
Oleh karena kecakapannya, pada tahun 1319 ia diangkat sebagai Patih Kahuripan.
Dua tahun kemudian, ia diangkat sebagai Patih Kediri.
Baca juga: Mengenal Balaputradewa, Raja Kerajaan Sriwijaya serta Sejarah Kejayaan dan Peninggalannya
Baca juga: Mengenal Sri Maharaja Purnawarman, Raja di Kerajaan Tarumanegara beserta Prasasti Peninggalannya
Pada tahun 1329, Patih Majapahit yang bernama Aryo Tadah menunjuk Gajah Mada untuk menggantikan dirinya.
Gajah Mada menolak penunjukan itu karena ingin membuktikan pengabdiannya terlebih dahulu kepada Kerajaan Majapahit, yaitu dengan menghentikan pemberontakan Keta dan Sadeng.
Gajah Mada akhirnya diangkat sebagai Patih Majapahit pada tahun 1334, setelah berhasil menaklukkan Keta dan Sadeng.
Tahun 1336, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yaitu janji ia tidak akan memakan buah palapa, sejenis rempah-rempah, bila belum berhasil menguasai pulau-pulau di Nusantara.
Perjuangan Gajah Mada mencapai puncaknya pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun 1350-1389.
Majapahit hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh Kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga.
Sementara itu, menurut Masmada (2003) setelah sadeng ditundukkan pada tahun 1331, Adityawarman berangkat ke Tiongkok pada tahun 1332 untuk melakukan misi diplomatik kepada Kaisar Tiongkok.
Gajah Mada mulai melakukan persiapan dalam negeri.
Gajah Mada sebagai seorang ksatria sejati yang sangat peduli terhadap negaranya, hatinya terketuk melihat keadaan Arya Tadah yang semakin parah.
Sementara itu, pemerintahan sedang berkembang dan tidak boleh berhenti hanya karena Arya Tadah tidak mampu lagi melaksanakan kebijakannya karena sakit.
Pada saat pengangkatan, Gajah Mada mengucapkan sumpah Amukti Palapa yang berbunyi
Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.
Artinya setelah tunduk Nussantara, aku akan beristirahat, Setelah tunduk Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku beristirahat.
Sumpah Palapa Gajah Mada mencapai keberhasilannya semasa pemerintahan Hayam Wuruk.
Hal ini dapat dibuktikan jika Majapahit pada waktu itu mampu menguasai wilayah-wilayah Nusantara yang meliputu Melayu (Sumatra), Tanjungpura (Kalimantan), Semenanjung Melayu (Malaka).
Sebelah Timur Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Irian Barat, dan Jawa kecuali Kerajaan Sunda Galuh dan Sunda Pakuan.
Berkat keberhasilannya ini, pengaruh Gajah Mada di Majapahit lebih besar.
Pengaruhnya juga bisa dikatakan telah melampaui Hayam Wuruk dan anggota SaptaPrabhu yaitu semacam Dewan Pertimbangan Agung yang beranggotakan keluarga Kerajaan Majapahit.
Perjuangan Gajah Mada sampai saat ini tetap dikenang.
Hal ini dibuktikan dengan digunakannya nama Gajah Mada sebagai nama jalan utama sejumlah kota di Indonesia.
Baca juga: Mengenal Hewan Mamalia, Dilengkapi dengan Ciri-ciri Mamalia, Anatomi Tubuh, dan Contoh Mamalia
Selain itu, kebesaran nama dan kejayaan Majapahit pun dapat dilihat dari peninggalannya berupa candi.
Candi Penataran dibangun pada masa Kerajaan Kediri dan dipergunakan pada masa Kerajaan Majapahit.
Di dalam kompleks candi, terdapat arca, bangunan yang disebut Bale Agung, prasasti batu tulis, dan beberapa candi.
Candi-candi tersebut dantaranya candi Naga yang berukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57
meter, dan tinggi 4,70 meter.
Selain itu, terdapat candi yang dianggap paling suci, yaitu candi Induk.
Candi Induk terdiri atas tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,19 meter.
Sumber: (*) Buku Siswa SD/MI Kelas IV Tema 5 Pahlawanku (2017) Oleh Angi St Anggari, dkk
(Tribunnews.com/Devi Rahma)
Artiel Lain Terkait Materi Sekolah