Teknologi yang Terinspirasi dari Struktur Jaringan Tumbuhan, Panel Surya Salah Satunya
Berikut teknologi yang terinspirasi dari struktur jaringan tumbuhan, panel surya salah satunya.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Berikut teknologi yang terinspirasi dari struktur jaringan tumbuhan.
Tumbuhan memiliki struktur organ dan jaringan yang menyusun tumbuhan tersebut.
Selain itu, struktur organ dan jaringan pada tumbuhan memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Struktur organ dan jaringan tumbuhan tersebut kemudian menginspirasi manusia untuk mengembangkan teknologi yang memiliki banyak manfaat bagi manusia.
Baca juga: Struktur dan Fungsi Jaringan pada Akar, Batang dan Daun serta Bagian yang Berperan pada Fotosintesis
Berikut teknologi yang terinspirasi dari struktur jaringan tumbuhan, dikutip dari repositori.kemdikbud.go.id:
1. Panel surya (solar cell)
Panel surya merupakan alat yang dapat mengubah sinar matahari menjadi energi listrik.
Ketika cahaya matahari menabrak permukaan panel surya menyebabkan elektron (partikel penyusun atom yang bermuatan negatif) pada panel surya bergerak melalui suatu konduktor dan menjadi arus listrik.
Mekanisme kerja panel surya ini terinspirasi oleh mekanisme fotosintesis yang terjadi pada daun tumbuhan.
Pada proses fotosintesis juga dibutuhkan cahaya dan zat hijau daun yang disebut klorofil.
Melalui fotosintesis ini dihasilkan oksigen (O2) dan glukosa (C6H12O6).
Saat daun terkena sinar matahari, klorofil akan menyerap energi cahaya.
Elektron pada kompleks klorofil akan bergerak melalui suatu saluran dan menyebabkan muatan positif ikut bergerak.
Muatan positif ini selanjutnya bergerak menuju kompleks enzim yang berfungsi menghasilkan energi kimia berupa ATP dan NADPH.
Energi ATP dan NADPH ini selanjutnya akan digunakan untuk mengubah CO2 menjadi glukosa.
Selanjutnya, terdapat tumbuhan yang merambat pada dinding rumah yang sering dijumpai.
Tumbuhan yang tumbuh merambat pada dinding rumah, misalnya tumbuhan sirih.
Selain sirih, banyak jenis tumbuhan yang hidupnya merambat, misalnya bunga ivy.
Bunga ivy merupakan tumbuhan yang banyak hidup di Benua Eropa.
Tumbuhan tersebut merambat pada dinding bangunan agar mendapatkan sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis.
Apabila masyarakat mencermati daun yang tumbuh, pasti daun-daun tumbuhan itu menghadap ke arah datangnya sinar matahari.
Pertumbuhan tumbuhan yang merambat dan struktur daun tumbuhan tersebut menginspirasi ilmuwan untuk mengembangkan pembangkit listrik.
Pembangkit listrik tersebut dikenal dengan “solar ivy”.
Solar ivy ini dapat dipasang dengan pola sesuai dengan keinginan manusia sehingga memiliki nilai estetika yang bagus.
Namun, tetap dapat menghasilkan energi listrik dari sinar matahari.
2. Sensor cahaya
Ketika seseorang mengamati lampu penerangan jalan, beberapa lampu penerangan jalan tersebut ada yang dapat menyala sendiri ketika menjelang malam dan mati sendiri saat menjelang pagi tanpa harus dinyalakan dan dimatikan secara manual.
Lampu penerangan jalan tersebut mampu menyala dan mati secara otomatis karena dilengkapi dengan sensor cahaya yang disebut fotoresistor atau light-dependent resistor (LDR) dan sakelar pengatur on dan off.
Fotoresistor ini mampu mendeteksi ada dan tidak adanya cahaya di lingkungan sekitar.
Fotoresistor ini merupakan resistor atau hambatan listrik yang dapat diubah nilai hambatannya melalui penyinaran cahaya.
Hambatan listrik dari fotoresistor ini akan berkurang apabila terkena cahaya, dengan kata lain jika terdapat cahaya, alat ini mampu menghantarkan listrik.
Saat menjelang pagi, sinar matahari akan mengenai fotoresistor.
Hal ini menyebabkan listrik mengalir menuju sakelar.
Aktifnya sakelar ini malah akan mematikan aliran listrik utama, sehingga lampu penerangan jalan menjadi mati.
Saat menjelang malam, aliran listrik tidak dapat mengalir melalui fotoresistor ini sehingga tidak ada aliran listrik yang mengalir menuju sakelar.
Akibatnya, sakelar berada dalam kondisi on sehingga lampu penerangan menyala.
Mekanisme pada lampu penerangan tersebut juga terinspirasi oleh mekanisme yang terjadi pada tumbuhan.
Kemudian, terdapat tanaman yang dapat hidup dengan cuaca yang panas, yaitu kaktus.
Tanaman kaktus hidup di daerah gurun yang kering.
Tumbuhan kaktus memiliki stomata yang unik.
Stomata kaktus akan membuka saat malam hari dan akan tertutup saat siang hari untuk mengurangi penguapan air.
Proses membuka dan menutupnya stomata didukung oleh aktivitas sel penjaga stomata.
Sel penjaga ini memiliki reseptor cahaya yang disebut fotoreseptor yang peka terhadap cahaya.
Saat siang hari yang terik, fotoreseptor pada sel penjaga akan menangkap cahaya dan menyebabkan air dalam sel penjaga dipompa keluar dengan bantuan ion-ion.
Akibatnya, sel penjaga akan mengecil dan lubang stomata tertutup.
Saat malam hari, air dipompa lagi masuk ke dalam sel penjaga dengan bantuan ion-ion, sehingga sel penjaga menjadi lebih besar, akibatnya stomata menjadi terbuka.
3. Lapisan pelindung dan pengilap
Tentu masyarakat tidak asing lagi dengan tanaman talas atau daun teratai.
Ketika seseorang melihat kedua daun tanaman tersebut, kedua daun pada tanaman tersebut pasti terlihat sangat bersih dan tahan air.
Apabila dilihat melalui mikroskop, penampang melintang dari kedua daun tersebut dan terlihat pada permukaan daun terdapat lapisan tebal yang disebut kutikula.
Kutikula ini tersusun atas senyawa lipid berupa lilin (wax) dan polimer hidrokarbon yang disebut kutan.
Kedua senyawa ini bersifat hidrofobik atau tidak suka air, sehingga jika air mengenai lapisan ini maka tidak akan membasahi daun.
Lapisan lilin ini juga mampu mencegah menempelnya debu atau kotoran lain dan membuat daun tetap bersih.
Selain itu, ternyata ilmuwan juga telah mengadopsi mekanisme ini dan menerapkannya untuk membuat cat yang tidak mudah kotor, lapisan pengilap, dan lapisan anti air.
Misalnya pada semir sepatu, lapisan pengilap pada mobil atau perabot rumah tangga, dan lain sebagainya.
4. Alat pemurnian air
Masyarakat juga tidak asing lagi dengan tanaman eceng gondok.
Air di sekitar tanaman eceng gondok terlihat jernih.
Pada umumnya, perairan yang ditumbuhi eceng gondok kondisi airnya jernih.
Ketika seseorang melihat akar eceng gondok, akar eceng gondok terlihat berbentuk serabut-serabut yang banyak dan rapat.
Akar-akar ini mampu menyerap partikel-partikel yang terlarut dalam air sehingga air menjadi bersih.
Bahkan, zat-zat berbahaya seperti racun pun dapat diserap oleh eceng gondok.
Kemudian, apabila mengamati membran sel akar secara lebih teliti dengan menggunakan mikroskop elektron, maka akan terlihat lubang-lubang atau saluran kecil pada membran sel akar.
Saluran ini terbentuk dari protein dan memiliki lubang dengan ukuran tertentu dan daya ikat tertentu pula.
Salah satu salurannya bernama aquaporin.
Aquaporin ini merupakan saluran (protein kanal) yang hanya dapat dilewati oleh air, sehingga partikel lain tidak dapat masuk lewat aquaporin.
Mekanisme tersebut menginspirasi ilmuwan untuk mengembangkan teknologi penyaringan atau pemurnian air.
Dengan teknologi ini, air yang kotor dapat disaring, sehingga air hasil penyaringan benar-benar bersih dan aman untuk dikonsumsi.
Selain menginspirasi untuk mengembangkan teknologi, struktur organ dan jaringan tumbuhan juga menginspirasi bentuk rancangan bangunan.
Misalnya, gedung teater Esplanade di Singapura yang terinspirasi dari struktur kulit buah durian.
Lapisan terluar dari atap gedung tersebut berbentuk segitiga seperti duri pada durian.
Selain itu, atap tersebut dapat diatur untuk mengikuti pergerakan matahari, sehingga dapat menjaga intensitas cahaya yang masuk dalam gedung.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Artikel lainnya terkait Materi Sekolah