Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jenis Manusia Purba dan Ciri-cirinya: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus, dan Homo Sapiens

Berikut penelitian manusia purba di Indonesia serta jenis manusia purba dan ciri-cirinya, mulai dari Meganthropus Paleojavanicus hingga Homo Sapiens.

Penulis: Kristina Wulandari
Editor: Inza Maliana
zoom-in Jenis Manusia Purba dan Ciri-cirinya: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus, dan Homo Sapiens
Tribun Manado
Meganthropus Paleojavanicus - Berikut penelitian manusia purba di Indonesia serta jenis manusia purba dan ciri-cirinya, mulai dari Meganthropus Paleojavanicus hingga Homo Sapiens. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penelitian manusia purba di Indonesia serta jenis manusia purba dan ciri-cirinya, mulai dari Meganthropus Paleojavanicus hingga Homo Sapiens.

Kehidupan manusia purba di Indonesia diketahui melalui peninggalan fosil tulang-belulang mereka.

Fosil-fosil tersebut meliputi tengkorak, badan, dan kaki.

Baca juga: Cara Membuat Surat Izin Tidak Masuk Sekolah yang Baik dan Benar, Berikut Sistematika dan Contohnya

Baca juga: Jenis-jenis Lapisan Atmosfer Matahari dan Karakteristiknya: Fotosfer, Kromosfer, dan Korona

Berdasarkan temuan-temuan fosil manusia tersebut, para arkeolog membedakan jenis manusia purba di Indonesia (sejauh yang ada sekarang) ke dalam beberapa jenis.

Jenis-jenis manusia purba dan ciri-cirinya.

Dikutip dari Buku Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia kelas X tahun 2020 yang disusun oleh Mariana, M.Pd, berikut jenis-jenis manusia purba dan ciri-cirinya.

Jenis manusia purbaa
Jenis manusia purba

1. Meganthropus paleojavanicus

BERITA TERKAIT

Meganthropus paleojavanicus (manusia besar tertua dari Jawa) adalah jenis manusia purba yang paling tua (primitif) yang pernah ditemukan di Indonesia (Jawa).

Fosil Meganthropus paleojavanicus pertama kali ditemukan oleh arkeolog, von Koenigswald dan Weidenreich antara tahun 1936-1941 di situs Sangiran pada formasi Pucangan.

Fosil yang ditemukan antara lain berupa: fragmen tulang rahang atas dan bawah serta sejumlah gigi lepas.

Hingga saat ini, Meganthropus dikategorikan sebagai jenis manusia purba yang terpisah (berbeda) dari Homo erectus.

Ciri-ciri Meganthropus paleojavanicus

Berdasarkan hasil penemuan fosil-fosilnya, para ahli menyimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Hidup pada masa Pleistosen awal

• Memiliki rahang bawah yang sangat tegap dan geraham yang besar

• Memiliki bentuk gigi yang homonim

• Memiliki otot-otot kunyah yang kuat

• Bentuk mukanya masif dengan tulang pipi yang tebal, tonjolan kening yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta tidak memiliki dagu.

• Memakan jenis tumbuh-tumbuhan

Ciri-ciri Pithecanthropus

2. Pithecanthropus

Pithecanthropus (manusia kera) adalah jenis manusia purba yang fosil-fosilnya paling banyak ditemukan di Indonesia.

Fosil Pithecanthropus pertama kali ditemukan oleh arkeolog dari Belanda, Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, Ngawi berupa atap tengkorak dan tulang paha.

Berdasarkan temuannya tersebut Dubois menamainya dengan Pithecanthropus erectus (manusia kera yang berdiri tegak).

Disamping Pithecanthropus erectus jenis Pithecanthropus lainnya yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus robustus (manusia kera yang besar), dan Pithecanthropus mojokertensis (manusia kera dari Mojokerta). 

Berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan, Pithecanthropus memiliki ciri berikut:

• Pithecanthropus hidup pada masa Pleistosen awal dan tengah (1 juta hingga 1,5 juta tahun silam)

• Tinggi badan sekitar 168 – 180 cm dengan berat badan rata-rata 80 – 100 kg

• Berjalan tegak

• Volume otaknya sekitar 775 cc – 975 cc

• Batang tulang lurus dengan tempat-tempat perlekatan otot yang sangat nyata

• Bentuk tubuh dan anggota badan tegap

• Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat

• Bentuk geraham besar dengan rahang yang sangat kuat

• Bentuk kening yang menonjol sangat tebal

• Bentuk hidung tebal

• Tidak memiliki dagu

• Bagian belakang kepala tampak menonjol

Baca juga: Bagaimana Proses Terjadinya Petir dan Bisa Mencelakai Manusia?

3. Homo Sapiens

Diantara fosil yang berhasil ditemukan di Indonesia adalah jenis Soloensis (dari Solo) dan Wajakensis (dari Wajak, Mojokerto).

Secara umum Homo Sapiens memiliki ciri yang lebih progresif dibanding Pithecantropus.

Ciri-ciri Homo Sapiens

Secara khusus Homo Sapiens memiliki ciri-ciri berikut:

a. Volume otak bervariasi antara 1000 – 1450 cc

b. Otak besar dan otak kecil sudah berkembang (terutama pada bagian kulit otaknya)

c. Tinggi badan sekitar 130 – 210 cm dengan berat badan rata-rata 30 – 150 kg.

d. Tulang dahi dan bagian belakang tengkorak sudah membulat dan tinggi

e. Otot tengkuk mengalami penyusutan

f. Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan

g. Berjalan dan berdiri tegak

h. sudah lebih sempurna

Penelitian Manusia Purba di Indonesia

1. Eugena Dobois

Eugena Dobois adalah orang yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.

• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)

• Fosil lain yang ditemukan adalah :

Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia, Erectus berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun 1891.

2. Gustav Heinrich Ralph

Hasil penemuan dari Gustav Heinrich Ralph adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora.

Tahun 1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto.

Tahun 1937 – 1941 ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo.

Penemuan lain tentang manusia Purba :

Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).

3. Teuku Jacob

Setelah Indonesia merdeka, penelitian tentang manusia purba dilanjutkan oleh para ahli dari Indonesia, diantaranya adalah Prof. Dr. Teuku Jacob.

Prof. Dr. Teuku Jacob mengadakan penelitian di desa Sangiran lagi, di sepanjang Sungai Bengawan Solo.

Penelitian ini berhasil menemukan tiga belas fosil.

Fosil terakhir ditemukan pada tahun 1973 di desa Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah

(Tribunnews.com/Kristina Wulandari)

Baca juga artikel lainny terkait Materi Sekolah

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas