Lembaga Sosial Keluarga dan Pendidikan di Kehidupan Masyarakat Indonesia
Terbentuknya lembaga sosial berawal dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama.
Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Terbentuknya lembaga sosial berawal dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama.
Lembaga sosial merupakan satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dalam melakukan hubungan antar manusia dalam menjalani kehidupan dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.
Dikutip dari Buku SMP/MTS IPS Kelas VII 2017 oleh Ahmad Mushlih dkk, lembaga sosial yang ada di masyarakat bentuknya bermacam-macam seperti keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga politik, dan lembaga agama.
Setiap lembaga memiliki fungsi yang berbeda-beda dan memiliki hubungan yang saling melengkapi.
Baca juga: Mengenal Pentingnya Bela Negara Dilengkapi Makna, Peraturan Perundang-undangan, dan Usahanya
Baca juga: Pengaruh Sistem Tanam Paksa/Cultuur Stelsel Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
1. Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya.
Dalam keluarga diatur hubungan antara anggota keluarga sehingga anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing.
Sebagai contoh, ayah merupakan kepala keluarga dan tulang punggung keluarga.
Ayah mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Ibu sebagai pendamping kepala keluarga dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangganya.
Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak.
Di lingkungan keluarga, anak mulai dilatih dan diperkenalkan cara-cara hidup bersama dengan orang lain.
Oleh orang tuanya, anak diperkenalkan aturan dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
2. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku seseorang menjadi lebih baik melalui hubungan dengan lingkungan sekitar.
Lembaga pendidikan meliputi jenjang pra-sekolah sampai ke jenjang pendidikan tinggi.
Selain itu, lembaga pendidikan dapat dikatakan sebagai lembaga sosial lanjutan setelah keluarga.
Melalui lembaga pendidikan, anak akan dikenalkan mengenai kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.
Anak juga akan belajar bagaimana cara memanfaatkan, mengolah, dan menghemat sumber daya alam.
Pada masa pra aksara nenek moyang bangsa Indonesia belum mengenal budaya tulis, senang berburu, berpindah-pindah, dan suka sekali berkumpul di saat senja dan malam hari, melingkari api unggun dan saling berbagi pengalaman hari itu.
Pendidikan di masa ini adalah tentang segala cara untuk bertahan hidup (seperti membuat api) dan berkenalan dengan alam raya.
Selanjutnya pada bercocok tanam, perkembangan pendidikan dimulai dari cara hidup menetap, kemudian belajar meramu hasil buruan, lalu berkembang lagi dengan belajar bercocok tanam di lahan sekitar tempat yang mereka tinggali.
Perkembangan berikutnya, mereka mulai mencoba membuat peralatan untuk mempermudah hidup.
Misalnya, alat yang tadinya berbahan batu kasar dirubah menjadi lebih halus.
Terakhir, masa ini ditandai dengan adanya sistem kepercayaan (animisme dan dinamisme).
Pada masa kerajaan Hindu dan Buddha, pendidikan dipengaruhi ajaran agama tersebut.
Pada zaman Hindu dan Buddha, perkembangan pendidikan disesuaikan dengan pusat pertumbuhan masyarakat Hindu dan Budha yang berkembang bersama kerajaan besar yang ada di Jawa dan Sumatra.
Lalu, kedua agama tersebut berkembang ke berbagai negara di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk ke Indonesia yang akhirnya memengaruhi kebudayaan Indonesia begitu juga dengan pendidikan yang diajarkan agama Hindu-Budha.
Pada masa Hindu-Budha ini, kaum Brahmana merupakan golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.
Materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa, dan lain sebagainya.
Pola pendidikannya mengambil model asrama khusus, dengan fasilitas belajar seperti ruang diskusi dan seminar.
Beberapa peninggalan karya sastra yang sempat lahir pada zaman Hindu-Buddha antara lain: Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, BharataYudha karya Mpu Sedah, Hariwangsa karya Mpu Panuluh, Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh, Smaradhahana karya Mpu;
Dharmaja, Negara Kertagama karya Mpu Prapanca, Arjunawijaya karya Mpu Tantular, Sotasoma karya Mpu Tantular, dan Pararaton.
Begitu pula pada masa awal agama Islam masuk di Nusantara, pendidikan dan pengajaran pun mengalami penyesuaian dengan ajaran agama Islam.
Islam datang ke negeri ini dari berbagai sisi, dan pembawa Islam ke Nusantara lebih banyak datang dari para pedagang.
Pendidikan masa Islam diawali dengan pendidikan di langgar atau surau.
Materi yang diajarkan bersifat dasar dimulai dengan mempelajari abjad dalam huruf arab.
Murid-murid diajar secara individual dan menghadap pada guru satu persatu, dengan duduk bersila di sekeliling guru.
Kemudian berkembang menjadi pesantren, murid-murid (santri) yang belajar diasramakan dalam suatu kompleks yang dinamakan pondok.
Materi pelajarannya berupa dasar kepercayaan dan keyakinan Islam dan kewajiban-kewajiban bagi pemeluk Islam.
Berkembang lagi menjadi madrasah, lembaga pendidikan modern, mengikuti perkembangan zaman.
Ketiga sistem pendidikan ini, sejak agama Islam masuk ke Indonesia hingga saat ini masih tetap bertahan.
(Tribunnews.com/Devi Rahma)
Artikel Lain Terkait Materi Sekolah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.