Pelajar di Kota Bandung Berbahagia Bisa Bertemu Teman-teman dan Guru, Tatap Muka 100 Persen
Devi Nur Diana, salah seorang siswa kelas 12 SMAN 5 Bandung, mengaku bahagia bisa kembali belajar di sekolah.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Beragam upaya dilakukan pihak sekolah di sejumlah kota dan kabupaten di Jawa barat untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penularan Covid-19 pada hari pertama pembelajaran tatap muka (PTM) secara penuh, Senin (10/1).
Mulai dari keharusan mengisi form isian dan kewajiban memenuhi menerapkan protokol kesehatan, hingga keharusan membawa nasi dan minuman dari rumah agar para siswa tak perlu jajan.
Pada hari pertama PTM penuh, Senin (10/1/22), upacara bendera yang biasanya dilakukan setiap Senin pagi juga ditiadakan.
Upacara Senin pagi ditiadakan untuk menghindari terjadinya kerumunan.
Tak hanya itu, PTM penuh di sekolah juga tak dilakukan semua siswa. Seperti di SMAN 5 Kota Bandung, PTM penuh hanya dilakukan oleh para siswa kelas 11 dan 12. Sedangkan kelas 10 masih menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Kepala SMAN 5 Kota Bandung, Heru Ekowati, mengatakan keputusan itu mereka ambil karena delapan ruang kelas belajar (RKB) yang biasa digunakan, tengah mengalami perbaikan.
"Jadi, kondisi ini diakibatkan oleh kendala teknis saja, bukan karena faktor ketidaksiapan kami dari segi pelayanan sarana protokol kesehatan bagi para peserta didik," ujarnya saat ditemui di SMAN 5 Bandung, Jalan Belitung, Kota Bandung, Senin (10/1), kemarin.
Menurutnya, untuk pemerataan layanan kegiatan PTM 100 persen, pihaknya melakukan skema rotasi. Siswa kelas 10 akan bergantian dengan siswa kelas 11 untuk mengikuti PTM dan PJJ tiap pekannya.
"Jadi PTM kelas 11 di pekan ini hanya tiga hari, dan bergantian dengan kelas 10 berikutnya. Kalau kelas 12, karena masa belajarnya tinggal beberapa bulan, maka layanan PTM-nya akan kami maksimalkan untuk kelas 12," ucapnya.
Sesuai instruksi SKB 4 Menteri, lama proses pembelajaran berlangsung selama enam jam, mulai dari pukul 07.00-12.00 WIB. Para siswa tetap mendapatkan waktu istirahat, namun dijaga ketat oleh guru.
Baca juga: Warga Kabupaten Bandung yang Tertular Omicron Sempat Diisolasi di Wisma Atlet 14 Hari
Lebih Bahagia
Devi Nur Diana, salah seorang siswa kelas 12 SMAN 5 Bandung, mengaku bahagia bisa kembali belajar di sekolah. Menurutnya, belajar dengan pola PTM lebih efektif dibandingkan dengan PJJ.
Penjagaan ketat saat istirahat dan keharusan menjaga protokol kesehatan sama sekali tak mengurangi kegembiraannya.
"Pastinya senang ya bisa kembali bersekolah dan kembali ketemu temen-temen sama guru-guru, apalagi sekarang ketemunya bisa sama semua, enggak lagi setengah-setengah kayak kemarin," ujarnya saat ditemui di SMAN 5 Bandung.
Hal senada disampaikan oleh siswa kelas 12 lainnya.
Seima Sazwina. Ia mengaku senang bisa PTM lagi, karena terkadang saat PJJ terdapat guru yang kurang menguasai teknologi.
Akibatnya, kata Seima, proses belajar-mengajar kadang terhambat.
Soal prokes yang ketat, Seima mengaku sama sekali tak keberatan.
"Di kelas kami juga sudah sama-sama ngerti bagaimana seharusnya interaksi sama teman. Kami jaga jarak dan interaksi yang perlu-perlu aja, kalau enggak ya enggak usah,"ujarnya.
Selain para siswa, kegembiraan PTM penuh yang berlaku untuk semua tingkatan, kemarin, juga disambut gembira para orang tua murid.
"Semester lalu, masuknya cuma tiga hari dalam seminggu dari pukul 07.00-08.00 WIB. Sekarang masuknya sudah setiap hari dari pukul 07.00-09.00 WIB. Tentu senang sekali," ujar Prita Puspita, orangtua murid kelas 1 di SDN 029 Cilengkrang, Kota Bandung.
Menurut Prita, anaknya juga senang karena bisa bertemu dengan teman-temannya setiap hari. PTM penuh, ujar Prita, juga membuatnya tak lagi khawatir anaknya tak memahami pelajaran.
"Kalau melalui video, kadang kurang mengerti," ujarnya.
Di SDN 029 Cilengkrang, jalur keluar dan masuk murid dibedakan dengan warna. Warna biru untuk jalur masuk, sedangkan warna kuning untuk jalur keluar.
Hal ini dilakukan agar menghindari kerumuman siswa selama di sekolah.
Di sekolah ini juga terdapat empat wastafel yang bisa digunakan untuk mencuci tangan.
Dua di antaranya memiliki keran injak, sehingga menghindari penularan virus dan bakteri melalui keran air.
Pembagian jadwal pun dibagi menjadi dua sesi, yakni pagi dan siang. Satu sesi terdiri dari 14-20 orang siswa dalam satu kelas.
Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Bidang Kurikulum, SDN 029 Cilengkrang, Titis Madianing Ratri, memastikan, semua SOP dan persiapan telah dilaksanakan jauh-jauh hari.
"Juni tahun lalu, anak-anak kami sudah mempraktikkan sistem PTM ini meski baru 50 persen. Sehingga, jika dilihat sekarang di masa PTM 100 persen, kebiasaan periksa suhu, cuci tangan, dan jaga jarak sudah menjadi budaya para siswa di sini," ujarnya.
Plt. Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Yesa Sarwedi Hami Seno, mengakui belum semua satuan pendidikan di Jabar menggelar PTM 100 persen seperti yang diinstruksikan dalam SKB 4 Menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
"Namun, kami berharap jumlahnya segera 100 persen, karena kalau mengacu pada ketentuan yang dipersyaratkan SKB 4 Menteri bagi sekolah yang akan menyelenggarakan PTM, sudah terpenuhi. Hanya yang perlu diperhatikan dan hati-hati terutama dalam mobilitas aktivitas siswa," ujarnya di SMAN 5 Kota Bandung, kemarin.
Ia juga mengatakan, sejauh ini belum mendengar ada orangtua murid yang tidak mengizinkan anaknya kembali ke sekolah untuk PTM 100 persen.
"Karena kembali digelarnya PTM ini adalah desakan dari para orangtua juga yang menilai anak-anaknya tidak bisa belajar secara maksimal dengan pola PJJ, maka harusnya kebijakan ini di support semua pihak dan orangtua juga mengizinkan karena ini wajib," ujarnya. (cipta permana/tiah sm)
Baca juga: Sekeluarga Terpapar Omicron di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kang Emil Siaga Oksigen