Digitalisasi Berbasis Blockchain Bisa Dimanfaatkan untuk Mereformasi Pendidikan Tinggi
Selama ini masyarakat menilai teknologi blockchain hanya sebatas bitcoin, trading serta untung dan rugi.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO DisCas Deni Agus menilai teknologi blockchain turut memiliki peran dalam reformasi dunia pendidikan tinggi.
Hal tersebut dia ungkapkan di acara Rembuk Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
"Untuk memahami blockchain saat ini, sama halnya melihat Internet 20 tahun yang lalu. Belum ada definisi yang final, karena semuanya terus berkembang," ujar Deni melalui keterangan tertulis, Selasa (5/7/2022).
Deni mengatakan selama ini masyarakat menilai blockchain hanya sebatas bitcoin, trading, untung dan rugi.
Kenyataannya blockchain juga merupakan revolusi marketing, bisnis, manajemen, politik bahkan pendidikan yang menyebabkan perubahan signifikan di berbagai bidang pekerjaan.
Hal ini disampaikan Deni menggunakan ilustrasi blockchain iceberg.
"Sebagai developer blockchain, kami belajar untuk menciptakan zaman, bukan mengikuti zaman," tutur Deni.
Baca juga: Industri Blockchain Dukung Arahan Pemerintah tentang Metaverse
Dialog ini mengusung tema “Digitalisasi Berbasis Blockchain, Tantangan Masa Depan dan Reformasi Pendidikan Tinggi”.
Sementara itu, Ketua Umum APTISI Budi Djatmiko mengatakan Rembuk Nasional dan Rapat Pengurus kali ini diikuti sekitar 2.500 peserta yang terdiri dari pimpinan perguruan tinggi, profesor, akademisi termasuk perwakilan pemerintah.
Baca juga: Kembangkan Talenta Kripto, Perguruan Tinggi Bangun Pusat Literasi Blockchain
"Selain rektor, Aptisi juga mengundang pimpinan PTS, yayasan, para dosen, organisasi profesi se-Indonesia, ABBPTSI, APPERTI, HPT, Asosiasi Dekan dan Prodi se-Indonesia," tutur Budi.
Acara Rembuk Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) juga ini dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.