Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah, Menjaga Kepunahan Bahasa Daerah dengan Menulis
Para guru utama diharapan dapat menyampaikan kembali informasi dari pelatihan ini kepada guru lain dan siswa di daerahnya masing-masing.
Editor: cecep burdansyah
Kegiatan tersebut direncanakan untuk dapat diselenggarakan pada bulan Februari bertepatan dengan Peringatan Hari Bahasa Ibu.
Prof. E. Amin juga membahas terkait fenomena monolingualisme.
“Ini adalah istilah yang saya gunakan terkait fenomena masyarakat dunia yang menjurus pada satu bahasa saja. Bukan hanya digunakan pada keseharian saja, melainkan juga dalam bidang ekonomi. Contohnya, bahasa Inggris yang banyak digunakan padahal bahasa internasional yang ditetapkan oleh PBB tidak hanya bahasa Inggris. Fenomena ini dapat menggerus penggunaan bahasa daerah yang menuju kepunahan bahasa daerah.”
Di setiap provinsi setidaknya terdapat lebih dari satu bahasa daerah. Ada tiga model usaha revitalisasi bahasa daerah, yaitu Model A untuk jumlah penutur dominan.
Pada model ini, revitalisasi dapat dilakukan melalui pembelajaran di sekolah. Selanjutnya, Model B untuk beberapa bahasa daerah yang jumlah penutur yang relatif masih banyak. Sedangkan untuk model C merupakan bahasa yang berisiko punah.
Materi pertama pelatihan adalah cerita pendek (nulis carpon) oleh Darpan, M.Pd. Dalam pemaparannya, ia terlebih dahulu menyampaikan evaluasi hasil perlombaan ngarang carpon pada helaran Festival Tunas Bahasa Ibu tahun 2021.
Hal ini bertujuan agar pada pelaksanaan pasanggiri tahun ini dapat lebih baik lagi. Ia menambahkan bahwa penulisan carpon haruslah hasil dari pemekaran imajinasi anak supaya tidak menjadi hanya hasil hafalan semata.
Melalui pelatihan ini, ia berharap bahwa proses menuju pasanggiri ini dapat juga direfleksikan dalam proses pembelajaran terkait bahasa dan sastra di sekolah.
Menurutnya, ada beberapa kompetensi yang perlu dimiliki oleh pendidik untuk mengajarkan menulis carpon, di antaranya membaca dan menulis.
“Jika seseorang memiliki kemampuan menulis yang baik, maka sudah dipastikan dia juga memiliki kegemaran membaca yang baik pula. Karena pengetahuan yang seseorang tulis adalah hasil ia membaca,” tuturnya.
Selain pemaparan materi mengenai penulisan carpon, seluruh peserta pelatihan juga diajak untuk membaca dan mengulas dua buah carpon yang dibuat saat kegiatan FTBI tahun sebelumnya untuk dijadikan rujukan jenis carpon mana yang dirasa sesuai dengan petunjuk teknis yang akan dirancang oleh panitia.
Melalui pelatihan ini diharapkan seluruh peserta dapat memahami lebih jauh mengenai proses dan aspek penilaian dalam mata lomba menulis carpon.*